kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.880.000   -4.000   -0,21%
  • USD/IDR 16.260   50,00   0,31%
  • IDX 6.928   30,28   0,44%
  • KOMPAS100 1.008   6,44   0,64%
  • LQ45 773   2,07   0,27%
  • ISSI 227   2,98   1,33%
  • IDX30 399   1,47   0,37%
  • IDXHIDIV20 462   0,59   0,13%
  • IDX80 113   0,62   0,55%
  • IDXV30 114   1,38   1,22%
  • IDXQ30 129   0,27   0,21%

Profil Ayatollah Ali Khamenei, Pemimpin Iran yang Klaim Menang atas Konflik Israel


Senin, 30 Juni 2025 / 11:40 WIB
Profil Ayatollah Ali Khamenei, Pemimpin Iran yang Klaim Menang atas Konflik Israel
ILUSTRASI. Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei berbicara selama pertemuan melalui konferensi video dengan orang-orang dari Azarbaijan Timur di Teheran, Iran, Kamis (17/2/2022). Office of the Iranian Supreme Leader/WANA (West Asia News Agency)/Handout via REUTERS


Penulis: Bimo Kresnomurti

KONTAN.CO.ID - Simak profil Ayatollah Ali Khamenei yang kembali muncul menyerang Donald Trump. Di tengah ketegangan pasca serangan militer terhadap fasilitas nuklir Iran pada akhir Juni 2025, perdebatan antara Donald Trump dan Ayatollah Ali Khamenei memanaskan panggung geopolitik.

Melansir dari Reuters, Trump secara terbuka menanggapi pernyataan tegas Khamenei yang menyebut serangan rudal Iran ke pangkalan AS sebagai "tamparan keras" dengan sindiran tajam di konferensi pers Gedung Putih pada 27 Juni, "You got beat to hell."

Ia juga memperingatkan, jika Iran terus mempercepat kegiatan nuklirnya, serangan lanjutan akan dipertimbangkan tanpa ragu.

Dalam pidatonya, Khamenei menyatakan bahwa klaim Presiden Donald Trump berlebihan saat mengatakan bahwa AS "menghancurkan sepenuhnya" program nuklir Iran.

Baca Juga: Netanyahu: Kemenangan atas Iran Buka Peluang Bebaskan Sandera di Gaza

Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei

Melansir dari CBS News, Khamenei menegaskan kemenangan dalam konflik 12 hari melawan Israel dan Amerika, serta memperingatkan bahwa pihak Iran siap melancarkan serangan balasan ke pangkalan militer AS lainnya jika terjadi provokasi lagi.

Ketegangan ini menggambarkan puncak konflik retorika dan militer antara dua pemimpin berpengaruh.

Pihak satu mengecam dari sudut pandang realpolitik dan kekuatan militer langsung, satunya lagi dari posisi ideologis dan kedaulatan nasional yang dipertahankan sampai titik darah penghabisan.

Baca Juga: Iran Ragukan Komitmen Israel pada Gencatan Senjata, Isyaratkan Balas Jika Diserang

Profil Ayatollah Ali Khamenei

  • Nama lengkap: Ayatollah Sayyid Ali Hosseini Khamenei
  • Lahir: 17 Juli 1939 di Mashhad, Iran
  • Pendidikan: Mengenyam pendidikan agama (hawza) di Qom dan Mashhad; menjadi ulama Syiah berpengaruh.

Sejarah dan Karier Politik

  • 1979: Terlibat dalam Revolusi Iran; mendukung Ali Khamenei sebagai murid ulama Ruhollah Khomeini.
  • 1981–1989: Menjabat sebagai Presiden Iran dua periode.
  • Sejak 1989: Menjadi Pemimpin Tertinggi Iran (Supreme Leader) setelah wafatnya Khomeini, memegang kendali tertinggi atas urusan militer, politik, dan agama.

Kepemimpinan: Memperkuat kekuasaan ulama dan militer (IRGC); menumpas oposisi dan memimpin proyek nuklir Iran sebagai kekuatan regional anti-AS & Israel.

Baca Juga: Ini Ancaman Terbaru Iran kepada Donald Trump

Kontroversi

1. Penumpasan Oposisi dan Demonstrasi

Sejak menjabat sebagai Pemimpin Tertinggi pada 1989, Khamenei dituding menjadi dalang utama dalam:

  • Represi terhadap oposisi politik, terutama terhadap kelompok reformis, mahasiswa, dan aktivis.
  • Tindak kekerasan terhadap demonstran, termasuk saat demo besar 2009 ("Green Movement") dan unjuk rasa Mahsa Amini 2022, yang dipicu oleh kematian perempuan muda dalam tahanan polisi moral.
  • Laporan dari HRW dan Amnesty International menyebutkan ribuan penangkapan dan dugaan penyiksaan atas perintah elite keamanan di bawah kendali Khamenei.

2. Ambisi Nuklir Iran

Di bawah kepemimpinannya, Iran mengembangkan program nuklir yang memicu ketegangan dengan negara-negara Barat.

Ia membela program ini sebagai “hak kedaulatan Iran”, namun dituduh menutupi pengembangan senjata nuklir secara diam-diam oleh AS dan Israel.

Penarikan AS dari kesepakatan nuklir JCPOA (2018) dan reaksi balasan Iran memperuncing posisi Iran sebagai negara berisiko konflik di Timur Tengah.

Baca Juga: Kadin: Konflik Israel-Iran Berpotensi Ganggu Industri Padat Karya RI

3. Pembatasan Kebebasan Pers dan Internet

Khamenei dituding membatasi ruang kebebasan berbicara, dengan:

  • Penutupan media asing & lokal yang kritis,
  • Pemblokiran situs dan media sosial (Twitter, Facebook, Telegram),
  • Penangkapan jurnalis dan pengguna media sosial.

Sementara itu, akun media sosial milik Khamenei tetap aktif untuk menyebarkan propaganda—ironis, karena warga Iran justru dilarang mengaksesnya.

 4. Dugaan Korupsi Lewat Bonyad dan Setad

Ia menguasai kekayaan negara melalui badan semi-negara bernama Setad (Execution of Imam Khomeini’s Order). Laporan Reuters (2013) menyebut kekayaan Setad mencapai $95 miliar, dan digunakan tanpa transparansi, memicu tuduhan korupsi elit ulama.

5. Keterlibatan dalam Konflik Regional

Khamenei mendukung milisi Syiah di Timur Tengah, seperti:

  • Hizbullah di Lebanon,
  • Houthi di Yaman,
  • Milisi Hashd al-Shaabi di Irak,
  • Dukungan penuh untuk rezim Bashar al-Assad di Suriah.

Peran Iran di bawah kendalinya dianggap sebagai biang instabilitas kawasan, oleh negara-negara Teluk dan Barat.

Tonton: Kesepakatan Dagang AS-Tiongkok Bikin Harga Emas Nyungsep

Selanjutnya: Rupiah Terus Melemah ke Rp 16.228 Per Dolar AS Hingga Tengah Hari Ini (30/6)

Menarik Dibaca: Resep Bolu Lapis Surabaya Homemade Versi Ekonomis, Enak dan Lembutnya Juara




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×