Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - HONG KONG. Pemimpin Hong Kong Carrie Lam disebut-sebut hari ini (4/9) akan mengumumkan pencabutan Undang-Undang (UU) Ekstradisi. Beleid ini memicu aksi protes berbulan-bulan bahkan berbuntut kerusuhan sekaligus membawa Hong Kong ke dalam krisis terburuk dalam beberapa dekade
UU Ekstardisi memungkinkan warga Hong Kong termasuk orang asing dikirim ke China untuk menghadapi persidangan di pengadilan yang dikendalikan Partai Komunis. Perubahan itu, bagi banyak penduduk Hong Kong, merupakan ancaman terhadap aturan hukum di bekas jajahan Inggris itu.
Mengutip Reuters, berikut ini perjalanan dan tanggal-tanggal penting RUU Ekstradisi yang menyulut aksi protes hingga pekan ini:
Baca Juga: Pemimpin Hong Kong Carrie Lam akan umumkan penarikan resmi undang-undang ekstradisi
Februari 2019 - Biro Keamanan Hong Kong menyerahkan permohonan amandemen Undang-Undang Ekstradisi kepada lembaga legislatif yang akan memberikan ekstradisi kasus per kasus ke negara-negara lain termasuk China, di luar 20 negara yang telah memiliki perjanjian dengan Hong Kong.
31 Maret - Ribuan orang turun ke jalan-jalan Hong Kong untuk memprotes RUU Ekstradisi.
3 April - Pemerintahan Lam memperkenalkan RUU Ekstradisi Hong Kong yang akan memungkinkan tersangka kriminal dikirim ke China untuk diadili.
28 April - Puluhan ribu orang berbaris di depan Balai Kota Hong Kong untuk menuntut pembatalan RUU Ekstradisi.
11 Mei - Perkelahian pecah di depan gedung badan legislatif Hong Kong antara massa pro-demokrasi dan yang setia kepada China.
Baca Juga: Bursa saham Hong Kong melejit 3% setelah pemerintah dikabarkan menarik RUU ekstradisi
21 Mei - Lam mengatakan, pemerintahannya bertekad mendorong RUU Ekstradisi melalui badan legislatif.
30 Mei - Hong Kong mengumumkan konsesi pada RUU ekstradisi, termasuk membatasi ruang lingkup pelanggaran yang bisa diekstradisi. Para pemrotes mengatakan, itu tidak cukup.
6 Juni - Lebih dari 3.000 pengacara Hong Kong turun ke jalan dengan mengenakan pakaian hitam dalam unjuk rasa yang jarang dilakukan.
9 Juni - Lebih dari setengah juta orang turun ke jalan-jalan di Hong Kong sebagai bentuk protes.
12 Juni - Polisi menembakkan peluru karet dan gas air mata selama protes terbesar dan paling keras di Hong Kong dalam beberapa dekade. Kantor-kantor pemerintah tutup.
15 Juni - Lam tanpa batas waktu menunda pemberlakuan UU Ekstradisi.
1 Juli - Para pengunjuk rasa menyerbu Dewan Legislatif pada peringatan 22 tahun penyerahan kekuasaan dari Inggris ke Tiongkok, menghancurkan gambar-gambar dan memulas dinding dengan grafiti.
9 Juli - Lam mengatakan, UU Ekstradisi sudah mati dan pekerjaan pemerintah pada undang-undang itu telah "gagal total".
21 Juli - Para pria yang mengenakan T-shirt putih dan beberapa bersenjatakan tongkat membanjiri stasiun di Yuen Long dan menyerbu kereta, menyerang penumpang dan orang yang lewat, termasuk wartawan, setelah ribuan pendemo mengepung Kantor Perwakilan China di Hong Kong dan bentrok dengan polisi.
Baca Juga: Diplomat China ganggu aksi dukung Hong Kong, Lithuania ajukan protes ke Tiongkok
30 Juli - Sebanyak 44 aktivis dituduh melakukan kerusuhan. Pertama kali tuduhan ini digunakan selama aksi protes.
9 Agustus - Regulator China menuntut Cathay Pacific melarang karyawan mereka yang telah mengambil bagian dalam protes terbang ke Tiongkong. Maskapai ini kemudian memecat seorang pilot, salah satu dari 44 orang yang didakwa dalam kerusuhan bulan sebelumnya.
14 Agustus - Polisi dan pengunjuk rasa bentrok di Bandara Internasional Hong Kong setelah penerbangan terganggu di hari kedua aksi menduduki terminal penumpang. Bandara kembali beroperasi hari itu dan menjadwal ulang ratusan penerbangan yang batal di hari sebelumnya.
Baca Juga: Jika punya pilihan, Pemimpin Hong Kong siap mundur
21 Agustus - Perusahaan e-commerce terbesar di China, Alibaba menunda IPO senilai US$ 15 miliar di Hong Kong, yang awalnya dijadwalkan pada akhir Agustus.
2 September - Lam mengatakan, dia telah menyebabkan "malapetaka yang tak termaafkan" dengan memicu krisis politik yang melanda Hong Kong dan akan berhenti jika dia punya pilihan, menurut rekaman audio yang Reuters peroleh. Pernyataan itu Lam buat di hadapan sekelompok pengusaha.
3 September - Lam mengatakan, dia tidak pernah meminta Pemerintah China untuk membiarkan dirinya mengundurkan diri untuk mengakhiri krisis politik di Hong Kong. Pernyataan ini untuk menanggapi laporan Reuters.