kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Berikut perjalanan UU Ekstradisi dan aksi protes tak berkesudahan di Hong Kong


Rabu, 04 September 2019 / 16:43 WIB
Berikut perjalanan UU Ekstradisi dan aksi protes tak berkesudahan di Hong Kong
ILUSTRASI. Unjuk rasa pro demokrasi di Hong Kong


Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan

1 Juli - Para pengunjuk rasa menyerbu Dewan Legislatif pada peringatan 22 tahun penyerahan kekuasaan dari Inggris ke Tiongkok, menghancurkan gambar-gambar dan memulas dinding dengan grafiti.

9 Juli - Lam mengatakan, UU Ekstradisi sudah mati dan pekerjaan pemerintah pada undang-undang itu telah "gagal total".

21 Juli - Para pria yang mengenakan T-shirt putih dan beberapa bersenjatakan tongkat membanjiri stasiun di Yuen Long dan menyerbu kereta, menyerang penumpang dan orang yang lewat, termasuk wartawan, setelah ribuan pendemo mengepung Kantor Perwakilan China di Hong Kong dan bentrok dengan polisi.

Baca Juga: Diplomat China ganggu aksi dukung Hong Kong, Lithuania ajukan protes ke Tiongkok

30 Juli - Sebanyak 44 aktivis dituduh melakukan kerusuhan. Pertama kali tuduhan ini digunakan selama aksi protes.

9 Agustus - Regulator China menuntut Cathay Pacific melarang karyawan mereka yang telah mengambil bagian dalam protes terbang ke Tiongkong. Maskapai ini kemudian memecat seorang pilot, salah satu dari 44 orang yang didakwa dalam kerusuhan bulan sebelumnya.

14 Agustus - Polisi dan pengunjuk rasa bentrok di Bandara Internasional Hong Kong setelah penerbangan terganggu di hari kedua aksi menduduki terminal penumpang. Bandara kembali beroperasi hari itu dan menjadwal ulang ratusan penerbangan yang batal di hari sebelumnya.

Baca Juga: Jika punya pilihan, Pemimpin Hong Kong siap mundur

21 Agustus - Perusahaan e-commerce terbesar di China, Alibaba menunda IPO senilai US$ 15 miliar di Hong Kong, yang awalnya dijadwalkan pada akhir Agustus.

2 September - Lam mengatakan, dia telah menyebabkan "malapetaka yang tak termaafkan" dengan memicu krisis politik yang melanda Hong Kong dan akan berhenti jika dia punya pilihan, menurut rekaman audio yang Reuters peroleh. Pernyataan itu Lam buat di hadapan sekelompok pengusaha.

3 September - Lam mengatakan, dia tidak pernah meminta Pemerintah China untuk membiarkan dirinya mengundurkan diri untuk mengakhiri krisis politik di Hong Kong. Pernyataan ini untuk menanggapi laporan Reuters.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×