kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Berkat Chavez, Goldman raup untung di Venezuela


Rabu, 30 Januari 2013 / 15:17 WIB
Berkat Chavez, Goldman raup untung di Venezuela
ILUSTRASI. Gubernur Federal Reserve Jerome Powell. REUTERS/Yuri Gripas/File Photo


Sumber: Bloomberg |

NEW YORK. Sejak berkuasa di tahun 1999, Hugo Chavez memulai revolusi sosialisme di Venezuela. Ia telah menasionalisasi lebih dari 1.000 perusahaan asing. Namun bagi investor obligasi, justru di bawah pemerintah Chavez mereka dapat menikmati untung dua kali lipat dari pasar negara berkambang.

Sejak 1999 hingga kini, return investasi obligasi di Venezuela mencapai 681% atau sekitar 14,7% per tahun. Keuntungan investasi ini telah memperkaya banyak lembaga investasi dunia mulai dari OppenheimerFunds Inc. hingga Goldman Sachs Asset Management LP.

Mereka bergantung pada Chavez yang menggunakan kekayaan minyaknya untuk membayar kewajiban kepada para kreditor. Walau kebijakan nasionalis Chavez telah membuat investor asing kabur dan menaikkan biaya pinjaman Venezuela hingga 12%, namun Chavez tak pernah sekali pun absen membayar obligasi.

Biaya pinjaman 12% itu sudah 4% di atas rata-rata biaya pinjaman atau bunga obligasi negara berkembang.

"Ini merupakan investasi yang benar-benar menghasilkan pendapatan tinggi dan total return tinggi untuk portofolio Anda," kata Sara Zervos, emerging- market debt manager OppenheimerFunds New York. "Chavez belum melakukan banyak hal bagi negaranya tapi ia melayani obligasi. Kepentingan kami sejalan," imbuhnya.

Namun sekarang, pria berusia 58 tahun itu sedang berjuang menghadapi kanker. Dus, return besar surat utang pemerintah Venezuela terancam berakhir. Harganya sudah melonjak ke level tertinggi dalam empat tahun pada 8 Desember lalu, ketika Chavez mengungkapkan ia akan melakukan beberapa operasi lagi untuk melawan kanker yang menggerogotinya.

Head Trader Caracas Capital Market Russel Dallen memperkirakan, obligasi Venezuela takkan memberi keuntungan sebesar satu dekade terakhir begitu reli harganya menumbangkan imbal hasil menuju level sama dengan negara-negara berkembang.

Walau sakit, tetap berkuasa

Penurunan kesehatan Chaves telah melonjakkan harga obligasi Venezuela sebesar 41% di tahun lalu. Pasar berspekulasi bahwa rejim baru akan menghentikan kebijakan yang membatasi produksi minyak.

Chavez tak hadir dalam inagurasi masa jabatan ketiganya pada 10 Januari 2013. Meski sakit, ia akan tetap memerintah Venezuela sampai enam tahun ke depan.

Menteri Informasi Ernesto Villegas mengatakan pada hari Minggu (27/1) bahwa Chavez cukup sehat untuk mengambil kebijakan ekonomi.

Chavez memang sosok kontroversial. Rekan mantan presiden Kuba Fidel Castro ini telah menasionalisasi berbagai perusahaan mulai dari pertanian hingga energi. Ia mengenakan batasan harga pada produk-produk tertentu mulai dari pasta gigi hingga tisu toilet.

Chavez juga telah mendevaluasi mata uang bolivar empat kali sejak menjalankan kontrol devisa di 2003. Ia menutup lebih dari 50 broker valas di 2010 dan mengancam penjara mereka yang bertransaksi di pasar gelap.

Kebijakan nasionalis Chavez tak sepenuhnya membawa kemakmuran. Venezuela menjadi negara dengan inflasi tertinggi ketiga di dunia. Negeri Amerika Latin itu pun pernah mengalami kekurangan listrik, daging, bahkan gula.

Uang minyak dan Goldman

Di sisi lain, kebijakan Chavez mendongkrak imbal hasil obligasi Venezuela. Alhasil, investor-investor pun terpikat dengan diskon harga yang terjadi.

Menurut data Bank of America Corp., pembayaran kupon obligasi Venezuela sudah melampaui untung dari kenaikan harganya sebesar 1,4 kali sejak 1999. Bandingkan dengan Brasil yang hanya 0,3 kali.

Chavez pun selalu membayar obligasi pemerintah tepat waktu. Maklum, Venezuela masih menikmati berkah harga minyak. Pada tahun 1998 harga minyak hanya US$ 12 per barel, namun kini sudah US$ 97 per bare. Venezuela adalah negara dengan cadangan minyak terbesar dunia.

Venezuela akan menerima US$ 81 miliar dari ekspor minyak tahun ini. Citigroup mengatakan, nilai tersebut hampir 10 kali lipat nilai pembayaran bunga dan utang pemerintah plus perusahaan minyak negara Petroleos de Venezuela SA (PDVSA).

"Meskipun kisahnya mulai memburuk, Venezuela akan terus membayar utangnya. Situasi akan menjadi lebih ketat, dan mungkin akan lebih rentan menuju gagal bayar," kata Sam Finkelstein, emerging- market bond manager Goldman Sachs Asset Management di New York.

Goldman telah menjadi pemegang obligasi Venezuela selama 15 tahun. Bahkan jumlahnya mencapai 6,7% dari postofolio produk Growth & Emerging Markets Debt Fund milik Goldman. Produk ini menuai return 12,8% dalam tiga tahun terakhir, melampaui 90% dari produk serupa lainnya.

Mengapa Chavez disiplin membayar obligasi

Chavez pernah menyebut utang sebagai alat yang digunakan 'kerajaan' Amerika Serikat untuk mengeksploitasi Venezuela. Meski begitu, ia selalu menepati pembayarabn obligasinya bahkan setelah terjadi pemogokan industri minyak nasional selama tiga bulan di tahun 2003.

Chavez membayar semua bunga dan utang obligasi karena jika tidak, kreditur dapat menyita pengiriman minyak Venezuela. Simon Nocore, mantan ekonom IMF, menjelaskan bahwa ekspor minyak Venezuela itu menyumbang separuh pendapatan negara.

"Investor obligasi juga bisa membekukan aset Venezuela di luar negeri, termasuk kilang dan terminal gas Citgo Petroleum Corp, anak usaha PDVSA," ujar Nocera yang kini menjabat chief investment officer Lumen Advisors LLC.

"Ia tahu jika ia melakukannya, ia takkan bisa menjual satu-satunya produk yang membuatnya bertahan. Tak ada alasan untuk takut."



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×