Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - HANOI. Vietnam berupaya mempercepat negosiasi perjanjian perdagangan bebas baru sambil memanfaatkan 17 perjanjian dagang yang telah ditandatangani secara efektif. Pasalnya, Vietnam yang ekonominya tergantung pada ekspor kini bersiap untuk menghadapi pemberlakuan tarif AS.
Mengutip Reuters, Rabu (23/4), Perdana Menteri Vietnam Pham Minh Chinh, dalam arahan yang dikeluarkan pada Selasa (22/4) malam, mendesak kementerian perdagangan untuk menyelesaikan atau memulai pembicaraan perjanjian perdagangan bebas dengan India, Brasil, Pakistan, Mesir, dan pasar lain di Timur Tengah, Afrika, Amerika Latin, Asia Tengah, dan Eropa Timur.
Asal tahu saja, Vietnam telah dikenai tarif resiprokal sebesar 46% oleh pemerintahan Trump, yang saat ini ditangguhkan hingga Juli. Jika tarif resiprokal ini diterapkan, dapat merusak model pertumbuhan yang bergantung pada ekspor ke Amerika Serikat, pasar utamanya, dan investasi besar oleh produsen asing.
Baca Juga: Xi Jinping Perkuat Hubungan Dagang dengan Vietnam di Tengah Ketegangan Tarif AS
Baru-baru ini, Vietnam menginstruksikan para pejabat untuk memerangi penipuan perdagangan, pemalsuan, dan masalah lain yang menjadi perhatian Amerika Serikat saat negara itu bersiap untuk memulai perundingan dengan Washington mengenai tarif.
Vietnam telah menandatangani 17 perjanjian perdagangan bebas bilateral atau multilateral, termasuk Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik dan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional, ditambah pakta dengan Uni Eropa, Jepang, dan Korea Selatan.
Vietnam tidak memiliki perjanjian perdagangan bebas dengan Amerika Serikat.
Dalam arahan yang dikeluarkan untuk lembaga pemerintah dan otoritas kota dan provinsi, Chinh mengulangi bahwa Vietnam akan tetap berpegang pada target pertumbuhan produk domestik bruto minimal 8% untuk tahun ini dengan mengambil berbagai langkah lain, meskipun tarif akan diberlakukan.
"Sejak awal tahun 2025, situasi dunia telah melihat banyak perkembangan baru, rumit, dan tidak dapat diprediksi, dengan persaingan strategis yang lebih ketat di antara negara-negara besar, perang dagang yang meluas, dan prospek ekonomi dunia yang menurun, menimbulkan banyak kesulitan dan tantangan," kata arahan tersebut.
Chinh juga mendesak bank sentral untuk memastikan pendanaan yang cukup bagi pertumbuhan ekonomi, sambil menjaga keamanan pasar valuta asing dan emas serta sistem perbankan.
Baca Juga: Perang Tarif Trump Berkobar, Ini Kerugian yang Bakal Dialami Samsung dan Vietnam
Ia juga meminta bank sentral untuk meningkatkan pinjaman kepada orang-orang di bawah usia 35 tahun untuk membeli rumah dan menawarkan pinjaman lunak kepada perusahaan-perusahaan yang paling terdampak oleh tarif AS.
Langkah-langkah lain termasuk meningkatkan pembangunan infrastruktur, memacu konsumsi domestik, dan meningkatkan investasi dalam transformasi dan teknologi digital, menurut arahan tersebut.
Chinh meminta kementerian perdagangan untuk mendorong platform e-commerce menerapkan kebijakan preferensial guna meningkatkan konsumsi barang-barang produksi dalam negeri dan produk-produk lokal serta memfasilitasi pengiriman barang-barang bahkan ke daerah-daerah terpencil.