Sumber: Cointelegraph | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah Kerajaan Bhutan melalui lembaga investasinya, Druk Holding & Investments (DHI), tercatat telah memindahkan total 650 Bitcoin (BTC) ke bursa kripto Binance dalam dua minggu terakhir.
Transaksi ini dilakukan di tengah reli harga Bitcoin yang memecahkan rekor sepanjang masa, mengindikasikan potensi aksi ambil untung oleh negara kecil di pegunungan Himalaya tersebut.
Transfer Terbaru Capai 99,47 BTC ke Binance
Menurut laporan dari platform analitik blockchain Onchain Lens, transfer terbaru sebesar 99,47 BTC dilakukan pada hari Senin (17 Juni 2025), dengan nilai setara US$12,05 juta (sekitar Rp197 miliar).
Sebelumnya, pada 30 Juni, dompet milik pemerintah Bhutan juga diketahui mengirimkan 137,24 BTC senilai sekitar US$14,7 juta ke Binance — hanya beberapa jam setelah Bitcoin mencapai harga US$120.000 untuk pertama kalinya.
Baca Juga: Siapa Pemilik Bitcoin Terbanyak di Dunia Tahun 2025? Ini Daftar Lengkapnya
Sejak saat itu, dompet tersebut terus mengirimkan BTC ke Binance dalam kisaran 2 hingga 200 BTC per transaksi, seiring lonjakan harga Bitcoin hingga menembus US$122.000 pada saat artikel ini ditulis.
Data dari Arkham Intelligence menunjukkan bahwa Bhutan saat ini masih menyimpan sekitar 11.411 BTC, senilai hampir US$1,4 miliar, serta 656 Ethereum (ETH) senilai sekitar US$2 juta. Jumlah tersebut menjadikan Bhutan sebagai salah satu negara pemilik cadangan aset kripto terbesar secara resmi.
Baca Juga: Satoshi Nakamoto Jadi Orang Terkaya ke-11 Dunia saat Bitcoin Tembus US$120.000
Strategi Crypto Bhutan: Penambangan Ramah Lingkungan hingga Pariwisata
Di bawah kepemimpinan Raja Jigme Khesar Namgyel Wangchuck, Bhutan telah mengadopsi kripto sebagai bagian dari strategi pembangunan nasional. Negara ini memanfaatkan potensi energi hidro yang melimpah untuk menambang Bitcoin secara berkelanjutan.
Pada Mei lalu, Bhutan menjalin kemitraan dengan Binance untuk mengembangkan sistem pembayaran kripto dalam sektor pariwisata, dengan harapan menarik wisatawan global melalui inovasi digital. Meski demikian, tantangan seperti koneksi internet yang tidak stabil masih menjadi kendala dalam adopsi penuh teknologi ini.