Sumber: Reuters | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali bikin kontroversi. Kali ini, Donald Trump mengangkat gagasan untuk menunda pemilihan presiden AS yang harusnya berlangsung 3 November mendatang.
Padahal, konstitusi AS tidak memberinya wewenang untuk melakukan penundaan pemilu.
Sontak, ide Trump itu menuai kritikan pedas dari Partai Demokrat dan beberapa rekan Trump dari Partai Republik. Mereka menilai, ini upaya untuk mengalihkan perhatian dari berita ekonomi AS yang sedang hancur.
Pernyataan Trump di Twitter itu datang ketika Amerika Serikat hidup dalam krisis terbesar dalam satu generasi dengan lebih dari 150.000 orang tewas dalam pandemi corona, protes nasional terhadap kekerasan polisi dan rasisme. Ditambah lagi, AS melaporkan kontraksi ekonomi terburuk sejak era Depresi Hebat.
Baca Juga: Bursa Wall Street jatuh setelah ekonomi AS melemah di kuartal II
Trump mengatakan, ia tidak akan mempercayai hasil pemilihan umum yang mencakup pemilihan via surat secara luas. Tanpa bukti, ia mengklaim bahwa pemungutan suara melalui surat akan penuh dengan penipuan.
“Dengan pemungutan suara melalui surat (bukan pemungutan suara yang baik), 2020 akan menjadi pPemilu yang paling tidak AKURAT dalam sejarah. Ini akan sangat memalukan bagi AS,” tulis Trump di Twitter. "Tunda Pemilu sampai orang dapat memilih dengan benar, aman dan aman ???"
Ekonomi AS sendiri mengalami kontraksi sebesar 32,9% pada kuartal kedua 2020, karena wabah corona menyebar cepat memicu penutupan luas.
Amerika Serikat telah mengadakan pemilihan selama lebih dari 230 tahun, termasuk selama Perang Saudara, Depresi Hebat dan dua perang dunia. Amandemen Kedua Konstitusi AS memberi Kongres kekuatan untuk mengatur waktu pemilihan.
Baca Juga: Trump siap ambil lebih banyak risiko untuk membendung China di Asia Pasifik
Perwakilan Partai Demokrat AS Zoe Lofgren, yang mengetuai komite DPR yang mengawasi keamanan pemilu, menolak gagasan penundaan.
"Hanya Kongres yang dapat mengubah tanggal pemilihan kami," kata Lofgren dalam emailnya kepada Reuters.
"Dalam situasi apa pun kami tidak akan mempertimbangkan untuk mengakomodasi tanggapan Presiden yang tidak layak dan serampangan terhadap pandemi corona, atau memberikan kepercayaan pada kebohongan dan informasi yang salah yang ia sebarkan mengenai cara di mana orang Amerika dapat dengan aman dan aman memberikan surat suara mereka."
Mantan penasihat kampanye Trump Barry Bennett mengatakan dia tidak percaya pesan itu serius: "Saya pikir dia hanya mencoba membuat berita, sesuatu yang lain untuk dibicarakan orang."
Ari Fleischer, sekretaris pers Gedung Putih di bawah Presiden Partai Republik George W. Bush, mengatakan Trump harus menghapus tweet itu.
“Ini bukan ide siapa pun. Bapak Presiden - tolong jangan pura-pura mengacaukan ini. Itu ide yang berbahaya," ujarnya.
Baca Juga: China: AS menginginkan Perang Dingin tapi kami tidak tertarik