kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis ritel AS diterpa krisis akut, ratusan ribu orang terancam kehilangan pekerjaan


Selasa, 31 Maret 2020 / 15:02 WIB
Bisnis ritel AS diterpa krisis akut, ratusan ribu orang terancam kehilangan pekerjaan
ILUSTRASI. Supermarket ternama AS, Macy's. REUTERS/Brendan McDermid/File Photo


Sumber: New York Times | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Sejumlah pebisnis ritel raksasa Amerika tengah mengalami pukulan hebat saat pandemi virus corona melanda dunia. Macy's and Gap, misalnya, pada hari Senin mengatakan bahwa mereka berencana untuk merumahkan sebagian besar tenaga kerja mereka. Ini menjadi  sebuah tanda nyata besar mengenai seberapa besar kerusakan yang dipicu oleh virus corona bagi pelaku ritel besar.

Melansir New York Times, Macy mengatakan, pemangkasan karyawan akan mempengaruhi mayoritas dari 125.000 pekerjanya. Langkah ini diambil setelah Macy kehilangan sebagian besar penjualannya setelah pandemi memaksa mereka untuk menutup toko.

Gap, yang juga memiliki Old Navy dan Banana Republic, mengatakan akan merumahkan hampir 80.000 karyawan toko di Amerika Serikat dan Kanada. Pengumuman tersebut mengikuti tindakan serupa oleh rantai merek-nama lain dengan produk yang dianggap tidak penting.

Baca Juga: American Airlnes ajukan bantuan US$12 miliar kepada pemerintah agar tak lakukan PHK

Ketika keadaan darurat nasional diumumkan awal bulan ini di Amerika, sejumlah pelaku ritel mengumumkan toko-toko akan tutup. Akan tetapi mereka berjanji untuk terus menawarkan pembayaran dan tunjangan kepada karyawan setidaknya selama dua minggu. Karena peluang untuk membuka kembali toko dengan cepat menjadi semakin tidak mungkin, banyak pekerja dirumahkan hingga bulan April.

Tetapi sekarang, tampaknya uang itu semakin mengering. Sebagian besar industri ritel yang tidak terlibat dalam penjualan bahan makanan, kertas toilet atau desinfektan hanya memiliki sedikit uang yang masuk.

Baca Juga: Geger corona, maskapai Air New Zealand PHK 3.500 karyawan

L Brands, yang memiliki Victoria's Secret dan Bath & Body Works, mengumumkan akan mempekerjakan sebagian besar staf toko dan mereka yang saat ini tidak bekerja untuk mendukung bisnis online mulai 5 April. Sementara, Nordstrom mengatakan pada minggu lalu bahwa mereka akan memberikan cuti sebagian karyawan perusahaan pada 5 April selama enam minggu.

Perusahaan ritel baru juga berada di bawah tekanan. Sebut saja Rent the Runway yang memberhentikan karyawan ritelnya melalui panggilan melalui Zoom pada hari Jumat. Adapun Everlane memberhentikan atau memangkas hampir 300 karyawannya.

Kohl, yang mempekerjakan rata-rata 122.000 karyawan pada tahun 2019, mengatakan pada hari Senin bahwa mereka akan merumahkan sekitar 85.000 dari mereka. Guitar Center juga mengatakan mereka akan mem-PHK 9.000 karyawan toko.

"Para analis khawatir jika penjualan seperti ini terus menurun seperti yang kita saksikan sekarang, pelaku ritel harus mengambil tindakan yang sangat signifikan, termasuk kebijakan yang kita lihat hari ini hanya untuk dapat melewati situasi," jelas Jay Sole, seorang analis ritel di UBS kepada New York Times.

Baca Juga: Komnas HAM: Jangan sampai ada PHK maupun pengurangan hak buruh akibat wabah corona

Dia menambahkan, "Saya rasa, akan banyak peritel yang mengambil langkah serupa."

Banyak pengecer pakaian dan aksesoris sudah berada di bawah tekanan sebelum pandemi global. E-commerce telah mengubah kebiasaan berbelanja dan kesenjangan antara mal-mal paling populer dan paling tidak disukai di Amerika terus melebar. Kebangkrutan tahun lalu termasuk nama-nama besar seperti Forever 21, Barneys New York, Payless ShoeSource dan Charlotte Russe.

Baca Juga: Riset: Tingkat kematian di AS akibat corona bisa capai 2.300 kematian sehari

"Ini hanya membuat situasi yang sulit menjadi lebih sulit," kata Sole.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×