Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - SAO PAULO. Brasil, sebagai eksportir unggas terbesar di dunia, secara resmi mengonfirmasi wabah pertama flu burung (avian influenza) yang terjadi di peternakan komersial.
Kementerian Pertanian Brasil menyatakan bahwa kasus ini terdeteksi di kota Montenegro, negara bagian paling selatan Brasil, Rio Grande do Sul.
Wabah ini memicu kekhawatiran akan kemungkinan pembatasan perdagangan unggas oleh mitra dagang internasional. Sebelumnya, wabah flu burung di Brasil hanya ditemukan pada burung liar dan peternakan non-komersial.
Brasil dan Posisi Strategis dalam Perdagangan Global Daging Ayam
Pada tahun 2024, Brasil mengekspor sekitar 5 juta metrik ton produk ayam dengan nilai mencapai US$10 miliar, mencakup hampir 35% dari perdagangan ayam global. Perusahaan besar seperti BRF SA dan JBS SA merupakan pelaku utama yang memasok ayam Brasil ke lebih dari 150 negara di dunia.
Dengan tingginya ketergantungan pasar dunia terhadap ekspor ayam Brasil, setiap gangguan dalam rantai pasok dapat menimbulkan konsekuensi besar terhadap pasokan global dan harga pasar.
Baca Juga: Brasil Umumkan Kesepakatan Bahan Bakar Berkelanjutan US$ 1 Miliar dengan China
Dalam pernyataannya, Kementerian Pertanian Brasil menegaskan bahwa semua langkah pengendalian dan eradikasi telah diambil secara cepat dan efektif. Pemerintah juga telah memberi tahu secara resmi Organisasi Dunia untuk Kesehatan Hewan (WOAH), serta mitra dagang internasional dan lembaga terkait lainnya.
Asosiasi Nasional Peternak Babi dan Unggas Brasil (ABPA) juga menyatakan bahwa situasi terkendali dan dalam pemantauan intensif oleh lembaga pemerintah yang relevan.
Dampak Terhadap Perdagangan: Ancaman Embargo dan Pembatasan
Dalam kasus serupa pada Juni 2023, Jepang memberlakukan pembatasan impor unggas dari negara bagian Espirito Santo setelah terjadi wabah flu burung di peternakan non-komersial.
Hal ini menandakan bahwa negara-negara pengimpor besar seperti Jepang, Tiongkok, Uni Eropa, dan Arab Saudi dapat merespons dengan pembatasan regional atau nasional atas produk unggas dari Brasil, tergantung pada tingkat penyebaran wabah.
Kementerian Pertanian menegaskan bahwa flu burung tidak menular melalui konsumsi daging ayam atau telur. Risiko penularan terhadap manusia sangat rendah dan terbatas pada profesional yang memiliki kontak langsung dengan unggas terinfeksi.
“Masyarakat Brasil dan dunia dapat merasa tenang karena produk yang telah diperiksa secara resmi tetap aman untuk dikonsumsi, dan tidak ada pembatasan konsumsi,” ujar kementerian.
Baca Juga: AS Krisis Telur! Wabah Flu Burung Paksa Trump Buka Kran Impor dari Brasil
Brasil telah memiliki sistem veteriner yang siap dan tangguh untuk menangani penyakit ini sejak awal tahun 2000-an. Langkah-langkah yang telah dijalankan antara lain:
-
Pemantauan intensif terhadap burung liar
-
Surveilans epidemiologis pada peternakan komersial dan subsisten
-
Pelatihan teknisi veteriner secara berkala
-
Koordinasi lintas sektor untuk deteksi dan respons cepat
Penerapan sistem biosekuriti ketat juga menjadi bagian dari protokol standar nasional, yang membantu meminimalkan risiko penyebaran.