Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Rusia meningkatkan kewaspadaan atas "aksi terorisme" di Transnistria yang memisahkan diri dari Moldova yang mendapat dukungan Moskow, setelah beberapa serangan di wilayah itu pekan ini.
"Kami khawatir dengan peningkatan ketegangan di Transnistria," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova merujuk pada laporan penembakan dan ledakan di wilayah tersebut, seperti dikutip Channel News Asia.
"Kami menganggap tindakan ini sebagai tindakan terorisme yang bertujuan untuk mengacaukan situasi di kawasan, dan akan melakukan penyelidikan yang menyeluruh dan objektif," ungkap Zakharova, Kamis (28/4).
Dia menegaskan, Rusia "sangat mengutuk" upaya untuk melibatkan Transnistria dalam konflik di Ukraina, di mana Moskow telah melakukan operasi militer selama lebih dari dua bulan.
Baca Juga: Putin: Intervensi Barat di Ukraina akan Militer Rusia Respons Secepat Kilat
Zakharova juga menolak "pernyataan sensasional" dari Ukraina tentang pasukan penjaga perdamaian Rusia dan wajib militer di Transnistria yang mempersiapkan "untuk beberapa tindakan ofensif".
Wilayah separatis yang berbatasan dengan Ukraina itu melaporkan ledakan di kantor Kementerian Keamanan, unit militer, dan menara radio milik Rusia serta tembakan ke sebuah desa yang menampung depot senjata Rusia.
Republik Transnistria memproklamirkan diri dengan memisahkan diri dari Moldova pada 1992 setelah perang singkat dengan Chisinau. Sekitar 1.500 tentara Rusia telah ditempatkan di wilayah tersebut sejak saat itu.
Kekhawatiran destabilisasi di kawasan itu tumbuh setelah seorang jenderal Rusia mengatakan, serangan Rusia bertujuan untuk menciptakan koridor darat melalui selatan Ukraina ke Transnistria.