Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Sejak awal pandemi COVID-19, pasien telah melaporkan puluhan gejala yang berbeda, mulai dari gejala pilek dan mirip flu hingga yang lebih unik, termasuk “lidah COVID.”
Tetapi seperti semua virus, gejala utama yang terkait dengan COVID-19 telah berubah dan dapat bervariasi berdasarkan status vaksinasi seseorang.
Melansir The Hill, studi kesehatan ZOE — upaya bersama oleh para peneliti di Rumah Sakit Umum Massachusetts, Harvard T.H. Chan School of Public Health, King's College London, Stanford University School of Medicine, dan aplikasi kesehatan ZOE — membagikan daftar terbaru dari gejala COVID-19 teratas.
Para peneliti telah menemukan bahwa untuk peserta di ketiga kelompok - divaksinasi penuh, mereka yang menerima hanya satu dosis, dan tidak divaksinasi - empat dari lima gejala yang paling sering dilaporkan adalah sama: sakit tenggorokan, pilek, batuk terus-menerus, dan sakit kepala.
Prevalensi mereka di seluruh kelompok, bagaimanapun, bervariasi, seperti halnya gejala kelima.
Bagi mereka yang divaksinasi, hidung tersumbat adalah gejala ketiga yang paling sering dilaporkan. Di antara yang divaksinasi sebagian, bersin, dan yang tidak divaksinasi, demam.
Baca Juga: Kemenkes Minta Segera Suntik Booster, Subvarian Omicron XBB Sudah Masuk Indonesia
Di bawah ini adalah gejala yang paling sering dilaporkan di antara ketiga kelompok, yang diurutkan berdasarkan seberapa sering mereka dilaporkan.
Divaksinasi lengkap
- Sakit tenggorokan
- Pilek
- Hidung mampet
- Batuk terus menerus
- Sakit kepala
Divaksinasi sebagian
- Sakit kepala
- Pilek
- Sakit tenggorokan
- Bersin
- Batuk terus menerus
Tidak divaksinasi
- Sakit kepala
- Sakit tenggorokan
- Pilek
- Demam
- Batuk terus menerus
Baca Juga: Sudah Masuk Indonesia, Apakah Itu Varian Baru COVID-19 XXB?
Di antara peserta yang divaksinasi lengkap, gejala yang sering dilaporkan sebelumnya jarang dilaporkan. Misalnya saja kehilangan penciuman alias anosmia, demam, dan sesak napas.
Kehilangan penciuman dan sesak napas juga lebih jarang dilaporkan oleh pasien yang tidak divaksinasi yang dites positif COVID-19.
Mereka yang telah divaksinasi juga melaporkan bersin lebih sering daripada mereka yang belum menerima dosis. Bersin dan pilek, menurut ZOE, sebelumnya tidak dianggap sebagai gejala infeksi COVID-19.
Gejala lain yang sering dilaporkan tampaknya juga menjadi kurang umum, seperti menggigil, tanda-tanda COVID-19 di kuku kaki atau jari tangan, dan sakit perut.
Saat ini, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit masih mencantumkan gejala seperti kelelahan, nyeri otot atau tubuh, mual atau muntah, dan diare sebagai kemungkinan gejala COVID-19. Ini adalah gejala yang sama yang terdaftar pada tahun 2021 dan 2020.
Meskipun ZOE tidak memberikan perincian tentang seberapa parah gejala ini atau varian COVID mana yang terkait, para peneliti menemukan gejala omicron, yang saat ini merupakan varian dominan di dunia, tampaknya lebih ringan daripada varian delta yang dulu dominan.
Gejala varian baru
Saat ini, ditemukan subvarian baru COVID-19, yakni Omicron XXB. Bahkan subvarian ini sudah terdeteksi di Indonesia.
Subvarian omicron baru dilaporkan sudah terdeteksi di 24 negara. Omicron XBB juga menyebabkan lonjakan kasus Covid-19 di Singapura beberapa waktu terakhir.
Untuk meningkatkan kewaspadaan pada penyakit ini, kenali beberapa ciri-ciri Omicron XBB yang trennya tengah menanjak di banyak negara.
Baca Juga: Covid-19 Varian XBB Sudah Masuk Indonesia, Ini Pesan Kemenkes
Gejala Omicron XBB
Dilansir dari Kompas.com yang mengutip Prevention, tanda Omicron XBB kurang lebih sama dengan subvarian Omicron sebelumnya, antara lain:
- Demam atau menggigil kedinginan
- Batuk
- Sesak napas atau napas rasanya tidak lega
- Badan mudah lelah dan lemas
- Nyeri otot atau sekujur tubuh rasanya sakit
- Sakit kepala
- Lidah tidak ada rasa atau hidung tidak bisa mencium bau
- Sakit tenggorokan
- Pilek atau hidung tersumbat
- Mual atau muntah
- Sakit perut atau diare