kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.464.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.704   22,00   0,13%
  • IDX 8.686   36,81   0,43%
  • KOMPAS100 1.194   2,51   0,21%
  • LQ45 854   1,47   0,17%
  • ISSI 310   2,31   0,75%
  • IDX30 438   -2,03   -0,46%
  • IDXHIDIV20 505   -3,69   -0,72%
  • IDX80 134   0,58   0,44%
  • IDXV30 139   0,23   0,16%
  • IDXQ30 139   -0,99   -0,71%

Bursa Asia Tertekan Selasa (16/12) Pagi, Jelang Rilis Data AS dan Rapat Bank Sentral


Selasa, 16 Desember 2025 / 09:27 WIB
Bursa Asia Tertekan Selasa (16/12) Pagi, Jelang Rilis Data AS dan Rapat Bank Sentral
ILUSTRASI. Bursa Jepang (REUTERS/Kim Kyung-Hoon)


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - Pasar saham Asia melemah pada perdagangan Selasa (16/12/2025), sementara dolar Amerika Serikat bergerak mendekati level terendah dalam hampir dua bulan.

Investor memilih bersikap hati-hati menjelang rilis serangkaian data ekonomi AS, termasuk laporan tenaga kerja, yang dinilai krusial untuk membaca arah kebijakan suku bunga Federal Reserve pada 2026.

Sentimen defensif membayangi aset berisiko. Bitcoin tercatat stagnan di level US$ 56.407,53 setelah menyentuh posisi terendah dua pekan pada sesi sebelumnya.

Baca Juga: Kekayan Elon Musk Tembus US$ 600 Miliar, Rekor Baru Orang Terkaya Dunia

Di sisi lain, emas sebagai aset lindung nilai mendekati level tertinggi delapan pekan, naik 0,15% ke US$ 4.307,69 per ons.

Pelaku pasar menanti rilis laporan ketenagakerjaan gabungan AS untuk Oktober dan November yang dijadwalkan terbit Selasa ini, disusul data inflasi pada Kamis.

Namun, sejumlah detail penting diperkirakan hilang akibat terganggunya proses pengumpulan data selama penutupan pemerintahan AS terpanjang dalam sejarah.

Di pasar saham, indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang turun 1% pada awal perdagangan. Indeks Nikkei Jepang dan indeks acuan Korea Selatan masing-masing melemah lebih dari 1%.

Sementara itu, kontrak berjangka Nasdaq dan bursa Eropa terkoreksi sekitar 0,5%, mengindikasikan pembukaan pasar yang lesu.

Chief Investment Strategist Saxo, Charu Chanana, menilai pasar memperlakukan pekan ini sebagai fase “reset” narasi makroekonomi AS.

Pasalnya, data tenaga kerja, inflasi, dan penjualan ritel dirilis dalam rentang waktu yang sempit dan berpotensi mengubah ekspektasi suku bunga dengan cepat.

Baca Juga: Dolar Taiwan dan Baht Tersungkur Selasa (16/12) Pagi, Mata Uang Asia Lesu

“Jika datanya beragam atau sedikit melemah, narasi soft landing masih terjaga, tetapi belum tentu cukup kuat untuk mendorong reli aset berisiko,” ujar Chanana.

“Risiko terbesarnya adalah kejutan hawkish. Jika inflasi atau data tenaga kerja lebih panas dari perkiraan, imbal hasil obligasi bisa melonjak dan menekan aset berisiko, terutama saham berorientasi pertumbuhan.”

Pekan lalu, The Fed memangkas suku bunga sesuai ekspektasi dan memproyeksikan satu kali penurunan tambahan pada 2026. Namun, pasar saat ini memperkirakan setidaknya dua kali pemangkasan suku bunga tahun depan.

Spekulasi mengenai calon pengganti Ketua The Fed Jerome Powell yang masa jabatannya berakhir Mei mendatang juga turut mempengaruhi ekspektasi kebijakan moneter.

Selain The Fed, perhatian investor tertuju pada keputusan kebijakan bank sentral utama lainnya. Bank of England diperkirakan memangkas suku bunga, Bank of Japan (BOJ) diproyeksikan menaikkan suku bunga, sementara European Central Bank (ECB) diprediksi mempertahankan suku bunga acuannya.

Baca Juga: Taipan India hingga Raksasa Energi Global Berebut Proyek Listrik di Afrika Selatan

Di pasar valuta asing, euro bertahan di US$ 1,1752 setelah menyentuh level tertinggi sejak awal Oktober.

Pound sterling melemah tipis ke US$ 1,3369. Indeks dolar AS stagnan di 98,295, namun masih berada dekat posisi terendah dua bulan.

Yen Jepang menguat ke level 155,07 per dolar AS menjelang keputusan BOJ pada Jumat. Pasar hampir sepenuhnya mematok kenaikan suku bunga, sehingga fokus tertuju pada sinyal kebijakan lanjutan pada 2026.

Sementara itu di pasar komoditas, harga minyak kembali turun seiring kekhawatiran kelebihan pasokan global dan harapan meredanya konflik Rusia–Ukraina.

Kontrak Brent turun 0,4% ke US$ 60,32 per barel, sedangkan WTI melemah 0,39% ke US$ 56,6 per barel. Kedua kontrak tersebut telah anjlok lebih dari 4% sepanjang pekan lalu.

Selanjutnya: Kekayan Elon Musk Tembus US$ 600 Miliar, Rekor Baru Orang Terkaya Dunia

Menarik Dibaca: Adopsi AI Berkembang Sangat Masif, Termasuk di Kalangan UMKM


Video Terkait



TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi, Tips, dan Kertas Kerja SPT Tahunan PPh Coretax Orang Pribadi dan Badan Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM)

[X]
×