Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Bursa saham global diperdagangkan mendekati rekor tertingginya pada awal pekan ini Senin (15/9/2025).
Investor memilih berhati-hati menjelang pekan yang padat agenda kebijakan moneter, khususnya keputusan The Fed yang diperkirakan kembali memangkas suku bunga acuannya.
Indeks saham MSCI all-country bergerak tipis, hanya sedikit di bawah level rekor pekan lalu.
Baca Juga: IHSG Melesat 1,06% ke 7.937, Top Gainers LQ45: INCO, MBMA dan TLKM, Senin (15/9)
Sementara itu, bursa Eropa naik 0,3% dan kontrak berjangka S&P 500 serta Nasdaq relatif stabil.
Pasar saat ini sepenuhnya memperkirakan pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin oleh The Fed, yang akan menurunkan federal funds rate ke kisaran 4,0%-4,25%.
Hanya sekitar 4% pelaku pasar yang menilai kemungkinan pemangkasan lebih agresif, yakni 50 basis poin.
Selain keputusan suku bunga, fokus utama investor adalah proyeksi suku bunga (dot plot) serta pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell terkait arah kebijakan selanjutnya.
Saat ini pasar telah menilai ada potensi pemangkasan hingga 125 basis poin sampai akhir 2026, sehingga sikap The Fed yang kurang dovish bisa memicu kekecewaan.
David Mericle, Kepala Ekonom AS di Goldman Sachs, menyebut rapat FOMC September akan menjadi momen penting.
“Pertanyaannya adalah apakah The Fed akan memberi sinyal ini merupakan awal dari serangkaian pemangkasan berturut-turut. Kami perkirakan pernyataan The Fed hanya akan mengakui pelemahan pasar tenaga kerja, tanpa mengubah panduan kebijakan,” ujarnya.
Baca Juga: Rupiah Ditutup Melemah pada Hari Ini (15/9), Begini Proyeksi untuk Besok (16/9)
Di sisi lain, Presiden AS Donald Trump kembali mengkritik The Fed. Ia menyebut Powell tidak kompeten dan justru memperburuk kondisi pasar perumahan.
Ketidakpastian arah kebijakan The Fed membuat sebagian pelaku pasar bersiap menghadapi gejolak harga.
Kathleen Brooks, Research Director XTB, mengatakan pasar opsi memperkirakan pergerakan harian bisa mencapai 1% pasca keputusan The Fed, salah satu yang terbesar dalam beberapa pekan terakhir.
Dari sisi mata uang, euro nyaris tak bereaksi terhadap penurunan peringkat utang Prancis oleh Fitch.
Mata uang tunggal ini menguat tipis 0,1% ke US$1,1738, meski melemah 0,2% terhadap sterling. Sementara dolar AS melemah 0,2% terhadap yen ke level 147,42.
Baca Juga: Ekonomi China Tertatih, Data Industri dan Konsumsi Gagal Penuhi Proyeksi
Data China Melambat
Di Asia, saham blue-chip China naik 0,2% seiring optimisme pada saham teknologi dalam bayang-bayang pembicaraan perdagangan AS-China. Namun data ekonomi menunjukkan perlambatan pada Agustus.
Produksi industri dan penjualan ritel lebih rendah dari perkiraan, sementara investasi properti turun lebih dalam dan harga rumah merosot 0,3%, melanjutkan tren sejak awal 2023.
“Melihat perlambatan beberapa bulan terakhir, kami melihat peluang besar stimulus jangka pendek tambahan, termasuk pemangkasan suku bunga 10 bps dan penurunan rasio cadangan wajib sebesar 50 bps dalam waktu dekat,” ujar Lynn Song, Kepala Ekonom ING untuk China Raya.
Baca Juga: Bursa Asia Bergerak Variasi pada Senin (12/9) Pagi, Pasar Cermati Keputusan The Fed
Komoditas Menguat
Di pasar komoditas, harga minyak Brent naik 0,5% ke US$67,33 per barel, terdorong kekhawatiran gangguan ekspor akibat serangan drone Ukraina terhadap kilang Rusia.
Sementara harga emas stabil di US$3.642 per troi ons, hanya sedikit di bawah rekor sepanjang masa US$3.673,95 yang tercatat pekan lalu.