Sumber: Bloomberg |
SINGAPURA. Minyak mentah, emas dan kedelai merosot seiring dengan terjungkirnya saham-saham lantaran perkiraan pendapatan perusahaan memburuk. Di samping itu, keprihatinan akan krisis finansial global juga membikin permintaan energi maupun komoditi menjadi terbatas.
Harga minyak terjungkal seiring dengan saham Jepang yang merosot sebesar 1,6%, mengikuti penurunan saham di AS. S&P 500 Index juga tergelincir 1,33% pada perdagangan hari Senin (10.11) kemarin.
"Pelemahan di pasar saham menambah keprihatinan tentang perkiraan perekonomian internasional maupun konsumsi," kata David Moore, commodity strategist Commonwealth Bank of Australia Ltd. di Sydney. "Meski dengan paket stimulus di China dan pemangkasan suku bunga di mana-mana, pasar masih khawatir dengan pertumbuhan yang melambat," tambahnya.
Minyak mentah untuk pengiriman Desember terpeleset US$ 2,12 atau 3,4% menjadi US$ 60,29 per barel di New York Mercantile Exchange (NYMEX); atau US$ 60,41 per barel pada pukul 9.53 waktu Singapura. Harga minyak letoi 10% minggu lalu lantaran terjun bebasnya sejumlah saham, cadangan bahan bakar AS yang menggemuk dan tingginya tingkat pengangguran di sepanjang 14 tahun terakhir ini.
Negara-negara yang tergabung dalam G20 mengatakan mereka tengah bersiap-siap untuk langkah mendesak dan meminta pemotongan suku bunga acuan lebih rendah lagi. OPEC, International Energy Agency dan U.S. Energy Department telah mengiris prediksi permintaan bahan bakar sebulan terakhir ini.
Kontrak emas untuk pengantaran cepat melandai US$ 1,2 menjadi US$ 745.00 per ounce pada pukul 9.30 waktu Singapura. Sementara harga platinum juga longsor US$ 10 atau 1,2% menjadi US$ 847.00 per ounce.
Kedelai untuk pengantaran bulan Januari yang diantarkan di Chicago melingsir 10,75 sen atau 1,1% menjadi US$ 9,3725 per bushel; sedangkan tembaga untuk pengantaran tiga bulan yang diantarkan di London juga loyo US$ 5 menjadi US$ 3.870 per metric ton.
Persediaan minyak mentah kemungkinan naik 500.000 barel minggu lalu dari 311,9 juta barel di minggu sebelumnya. Hal ini merupakan hasil median dari survey Bloomberg News terhadap sembilan analis. Cadangan bensin kemungkinan juga naik 500.000 barel dari 196,1 juta barel di minggu sebelumnya.
Departemen Energi AS berencana merilis laporan mingguan pada hari Kamis (13/11) lusa pada pukul 11.00 waktu Washington.
Minyak jenis Brent untuk pengiriman December Desember anjlok sebesar US$ 1,74 atau 3% menjadi US$ 57,34 per barel di ICE Futures Europe exchange London.
Harga minyak terjungkal seiring dengan saham Jepang yang merosot sebesar 1,6%, mengikuti penurunan saham di AS. S&P 500 Index juga tergelincir 1,33% pada perdagangan hari Senin (10.11) kemarin.
"Pelemahan di pasar saham menambah keprihatinan tentang perkiraan perekonomian internasional maupun konsumsi," kata David Moore, commodity strategist Commonwealth Bank of Australia Ltd. di Sydney. "Meski dengan paket stimulus di China dan pemangkasan suku bunga di mana-mana, pasar masih khawatir dengan pertumbuhan yang melambat," tambahnya.
Minyak mentah untuk pengiriman Desember terpeleset US$ 2,12 atau 3,4% menjadi US$ 60,29 per barel di New York Mercantile Exchange (NYMEX); atau US$ 60,41 per barel pada pukul 9.53 waktu Singapura. Harga minyak letoi 10% minggu lalu lantaran terjun bebasnya sejumlah saham, cadangan bahan bakar AS yang menggemuk dan tingginya tingkat pengangguran di sepanjang 14 tahun terakhir ini.
Negara-negara yang tergabung dalam G20 mengatakan mereka tengah bersiap-siap untuk langkah mendesak dan meminta pemotongan suku bunga acuan lebih rendah lagi. OPEC, International Energy Agency dan U.S. Energy Department telah mengiris prediksi permintaan bahan bakar sebulan terakhir ini.
Kontrak emas untuk pengantaran cepat melandai US$ 1,2 menjadi US$ 745.00 per ounce pada pukul 9.30 waktu Singapura. Sementara harga platinum juga longsor US$ 10 atau 1,2% menjadi US$ 847.00 per ounce.
Kedelai untuk pengantaran bulan Januari yang diantarkan di Chicago melingsir 10,75 sen atau 1,1% menjadi US$ 9,3725 per bushel; sedangkan tembaga untuk pengantaran tiga bulan yang diantarkan di London juga loyo US$ 5 menjadi US$ 3.870 per metric ton.
Persediaan minyak mentah kemungkinan naik 500.000 barel minggu lalu dari 311,9 juta barel di minggu sebelumnya. Hal ini merupakan hasil median dari survey Bloomberg News terhadap sembilan analis. Cadangan bensin kemungkinan juga naik 500.000 barel dari 196,1 juta barel di minggu sebelumnya.
Departemen Energi AS berencana merilis laporan mingguan pada hari Kamis (13/11) lusa pada pukul 11.00 waktu Washington.
Minyak jenis Brent untuk pengiriman December Desember anjlok sebesar US$ 1,74 atau 3% menjadi US$ 57,34 per barel di ICE Futures Europe exchange London.
Berita Terkait
Internasional
Harga Minyak Mentah Mulai Naik
Internasional
Minggu Depan, Harga Minyak Diprediksi Naik
Internasional