Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - HONG KONG. Bursa saham China mencatat kenaikan tahunan pertama setelah penurunan tiga tahun berturut-turut, meski terkoreksi pada perdagangan terakhir tahun 2024. Sementara saham di bursa Hong Kong mengakhiri tahun ini lebih tinggi, didukung oleh optimisme atas dukungan kebijakan.
Mengutip Reuters, Selasa (31/12), indeks Shanghai Composite naik 12,8% pada 2024, mengakhiri penurunan selama dua tahun.
Indeks acuan Hang Seng Hong Kong menutup sesi terakhir tahun ini dengan kenaikan 0,1%, serta kenaikan tahunan sebesar 17,7% yang mengakhiri kerugian selama empat tahun berturut-turut.
"Di pasar ekuitas, kinerja bursa saham China menjadi kejutan positif bagi banyak investor," kata analis di Value Partners dalam sebuah catatan minggu ini.
Baca Juga: Ditutup Beragam, Intip Proyeksi Bursa Asia Untuk Selasa (31/12)
"Berbagai langkah pendukung yang diumumkan selama paruh kedua tahun ini, yang menargetkan kebijakan moneter, pasar properti, dan pasar modal, sebagian besar melampaui ekspektasi dan menutupi kekhawatiran ekonomi yang sedang berlangsung," kata para analis.
Pemerintah China telah menerapkan beberapa langkah paling berani sejak September, termasuk pemotongan suku bunga, insentif pembelian rumah, dan skema pendanaan untuk pembelian saham, untuk memperkuat ekonomi yang sedang berjuang dan memulihkan kepercayaan domestik.
China Asset Management dalam sebuah catatan mengatakan, menstabilkan pasar modal telah menjadi persyaratan kebijakan, dan konsensus umum adalah bahwa pasar sedang mencapai titik terendah.
Saham perbankan memimpin kenaikan pasar dalam negeri tahun ini dengan kenaikan sebesar 34,7%, karena saham empat bank negara terbesar mencapai titik tertinggi dalam beberapa tahun.
Sektor chip melonjak 53,9% karena investor domestik meningkatkan kepemilikan di produsen semikonduktor lokal di tengah pengetatan pembatasan chip AS.
Baca Juga: IPO di Asia Pasifik Turun, China Menjadi Penyumbang Terbesar Penurunan
Namun, saham offshore melemah pada hari perdagangan terakhir tahun ini, dengan patokan CSI turun 1,6% setelah data menunjukkan aktivitas pabrik China tumbuh pada kecepatan yang lebih lambat pada bulan Desember di tengah meningkatnya risiko perdagangan.
Dai Qing, seorang ahli strategi di Changjiang Securities dalam sebuah catatan mengatakan, pasar berada dalam fase akhir perdagangan yang didorong oleh ekspektasi kebijakan, menyusul pertemuan penting para pemimpin China bulan ini.
Ia menambahkan, melihat ke depan hingga tahun 2025, saham pembayar dividen masih dapat mengungguli pasar yang lebih luas dalam jangka pendek, terutama ketika pelantikan Presiden terpilih AS Donald Trump pada bulan Januari dapat membawa gangguan pasar.