Sumber: Bloomberg | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Prospek Arab Saudi dipangkas menjadi negatif dari stabil oleh Moody's Investors Service. Kejatuhan harga minyak dan pandemi virus corona membuat cadangan devisa negara kerajaan ini jatuh ke level terendah dalam hampir satu dekade.
Perusahaan pemeringkat mempertahankan sovereign Arab Saudi di A1 yakni peringkat tertinggi kelima, menurut sebuah pernyataan pada hari Jumat. Moody's terakhir menurunkan peringkat Arab Saudi pada tahun 2016, dan memberikan peringkat lebih tinggi dari yang diberikan Fitch Ratings dan S&P Global Ratings.
Baca Juga: Kasus baru virus corona di Arab Saudi masih tinggi
"Prospek negatif mencerminkan peningkatan risiko dan penurunan kekuatan fiskal Arab Saudi akibat guncangan permintaan dan harga minyak global yang dipicu pandemi virus corona," tulis analis Moody, Lucie Villa seperti dikutip Bloomberg. Perlambatan pertumbuhan PDB juga akan menekan pendapatan dari sektor non-minyak.
Tak hanya itu, cadangan devisa Arab Saudi turun ke level terendah sejak 2011 karena harga minyak jatuh. Tekanan virus corona dan jatuhnya harga minyak, membuat Arab Saudi menuju kontraksi ekonomi. Pada bulan Maret saja, aset asing neto bank sentral turun lebih dari 5%, atau lebih dari 100 miliar riyal setara dengan US$ 27 miliar.
Pemerintah Arab Saudi sedang mencari program utang untuk menjaga penipisan cadangan devisa hingga 120 miliar riyal seperti yang semula direncanakan dalam anggaran. Menteri Keuangan Arab Saudi Mohammed Al-Jadaan juga telah merencanakan untuk mengurangi pengeluaran setelah memotong 50 miliar riyal dalam pengeluaran.
Bulan lalu, kerajaan menjual obligasi senilai US$ 7 miliar, ini kedua kali tahun ini eksportir minyak terbesar dunia beralih ke pasar modal internasional.
Moody's memproyeksikan, defisit fiskal Arab Saudi akan melebar ke lebih dari 12% dari PDB pada tahun 2020 dan lebih dari 8% dalam PDB pada tahun 2021. Jauh lebih besar dari defisit di tahun 2019 yakni 4,5% dari PDB. Hal ini akan menyebabkan utang pemerintah meningkat menjadi sekitar 38% dari PDB pada tahun 2021.
Baca Juga: Hingga 2 Mei, WNI positif Covid-19 di luar negeri 661 orang, 223 sembuh
Dana Moneter Internasional (IMF) juga memperkirakan Arab Saudi perlu menyeimbangkan anggaran. Dengan asumsi skenario kasus dasar dari harga minyak jenis brent rata-rata di US$ 35 dan Arab Saudi menerapkan pemotongan belanja lebih lanjut tahun ini. Maka menurut Bilal Khan, ekonom senior di Standard Chartered Plc di Dubai seperti dikutip Bloomberg, defisit fiskal dapat melebar hanya di bawah 15% dari produk domestik bruto.
"Membatasi penarikan aset asing bersih ke tingkat pra-diumumkan tentu mungkin tetapi akan membutuhkan pinjaman tambahan, pemotongan pengeluaran lebih dalam atau divestasi lebih lanjut aset negara," kata Khan.