Sumber: Bloomberg | Editor: Avanty Nurdiana
Bulan lalu, kerajaan menjual obligasi senilai US$ 7 miliar, ini kedua kali tahun ini eksportir minyak terbesar dunia beralih ke pasar modal internasional.
Moody's memproyeksikan, defisit fiskal Arab Saudi akan melebar ke lebih dari 12% dari PDB pada tahun 2020 dan lebih dari 8% dalam PDB pada tahun 2021. Jauh lebih besar dari defisit di tahun 2019 yakni 4,5% dari PDB. Hal ini akan menyebabkan utang pemerintah meningkat menjadi sekitar 38% dari PDB pada tahun 2021.
Baca Juga: Hingga 2 Mei, WNI positif Covid-19 di luar negeri 661 orang, 223 sembuh
Dana Moneter Internasional (IMF) juga memperkirakan Arab Saudi perlu menyeimbangkan anggaran. Dengan asumsi skenario kasus dasar dari harga minyak jenis brent rata-rata di US$ 35 dan Arab Saudi menerapkan pemotongan belanja lebih lanjut tahun ini. Maka menurut Bilal Khan, ekonom senior di Standard Chartered Plc di Dubai seperti dikutip Bloomberg, defisit fiskal dapat melebar hanya di bawah 15% dari produk domestik bruto.
"Membatasi penarikan aset asing bersih ke tingkat pra-diumumkan tentu mungkin tetapi akan membutuhkan pinjaman tambahan, pemotongan pengeluaran lebih dalam atau divestasi lebih lanjut aset negara," kata Khan.