kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

China blokir sebagian aplikasi WhatsApp


Rabu, 19 Juli 2017 / 07:25 WIB
China blokir sebagian aplikasi WhatsApp


Reporter: Dupla Kartini | Editor: Dupla Kartini

SHANGHAI. China semakin memperketat kontrol di dunia internet. Kali ini, sebagian aplikasi WhatsApp diblokir, sehingga banyak pengguna tidak bisa mengirim video, foto, dan sejumlah pesan berbasis teks. 

Pemblokiran terhadap salah satu produk andalan Facebook ini menjadi aksi sensor terbaru yang dilakukan oleh sistem filter dan kontrol internet Beijing. Dalam beberapa pekan terakhir, pemerintah memperluas kontrol menyusul maraknya berita politik yang sensitif, dan mulai berlakunya undang-undang keamanan cybersecurity sejak bulan lalu.

Pengawasan ketat media internet sepertinya tak terlepas dari rencana hajatan kongres Partai Komunis ke-19 yang akan digelar dalam beberapa bulan ke depan. Pemerintah menjaga stabilitas keamanan dan politik jelang pertemuan lima tahunan tersebut, sebab kongres akan menetapkan posisi puncak kepemimpinan partai.

Seorang sumber yang mengetahui situasi tersebut menyatakan, pemblokiran WhatsApp berasal dari pemerintah. Pakar keamanan juga memverifikasi bahwa sebagian gangguan pada WhatsApp dimulai dengan filter internet China.

"Menurut analisis, yang kami hadapi hari ini di infrastruktur WhatsApp, tampaknya Great Firewall memaksakan penyensoran yang secara selektif menargetkan fungsi  WhatsApp," kata Nadim Kobeissi, seorang kriptografer di Symbolic Software seperti dilansir New York Times, Selasa (18/7).

Tindakan pemerintah China merupakan kemunduran lanjutan bagi Facebook. Situs andalannya telah diblokir sejak 2009 setelah kerusuhan etnis di China barat, diikuti pemblokiran layanan Instagram pada 2014 saat demonstrasi terjadi di Hong Kong.

Sejak akhir 2014, Facebook memulai kampanye agresif untuk membujuk pemerintah China dan mendapatkan jaringan sosial utamanya kembali beroperasi di negara tersebut. Pendiri Facebook, Mark Zuckerberg bahkan telah bertemu Presiden Xi Jinping saat kunjungan kenegaraan ke Amerika Serikat.

Tapi, upaya Facebook melambat dalam setahun terakhir, dan tidak banyak yang dihasilkan. Alih-alih mendapatkan produk baru masuk ke China, raksasa media sosial ini sekarang menghadapi kenyataan bahwa aplikasi terakhirnya bahkan kini terancam dengan sensor yang dilakukan China. 

Terkait kondisi ini, juru bicara WhatsApp menolak berkomentar.

Sejak berkuasa hampir lima tahun yang lalu, Xi Jinping konsisten melakukan pembatasan kebebasan internet. Dia sangat vokal menyerukan China untuk membangun kedaulatan di ranah online, dan telah menyiapkan regulator baru untuk mengkonsolidasikan kontrol atas internet.



TERBARU

[X]
×