Sumber: Reuters | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Gagal tercapainya kesepakatan dalam pertemuan antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di Vietnam hari ini langsung direspon oleh sekutu terbesar Korea Utara yakni China.
Dilansir dari Reuters, Kementerian Luar Negeri China mengatakan bahwa pihaknya berharap dialog dan komunikasi antara Amerika Serikat dan Korea Utara dapat tetap dilanjutkan.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lu Kang dalam jumpa pers di Beijing mengatakan bahwa kedua pihak telah menunjukkan ketulusan meski Donald Trump danKim Jong Un gagal mencapai kesepakatan mengenai denuklirisasi semenanjung Korea pada pertemuan puncak mereka di Vietnam.
Ia menyebut China akan mengevaluasi KTT Hanoi setelah mendengar keterangan resmi dari kedua pihak. "Semua orang telah belajar dari pengalaman setengah abad terakhir bahwa resolusi masalah Semenanjung Korea tidak dapat dicapai dalam semalam," kata Lu.
"China berharap bahwa Korea Utara dan Amerika Serikat akan terus melakukan dialog untuk menyelesaikan masalah, dengan saling menghormati dan menunjukkan ketulusan satu sama lain," tambah Lu.
Seperti diketahui, pertemuan antara Trump dan Kim Jong Un di Hanoi berakhir secara tiba-tiba tanpa tercapainya kesepakatan.
Trump menyebut kegagalan mencapai kesepakatan ini karena tuntutan Korea Utara untuk mencabut sanksi yang diberikan oleh negaranya.
Sebelumnya, baik Trump dan Kim telah menyatakan harapan untuk bisa mencapai kemajuan dalam meningkatkan hubungan. Terutama pada isu kunci yakni denuklirisasi.
"Pada dasarnya, mereka ingin sanksi dicabut seluruhnya, tetapi kami tidak bisa melakukan itu. Kami harus menghindari hal tersebut," kata Trump kepada wartawan usai berakhirnya pertemuan tersebut seperti dilansir Reuters.
Sebelumnya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Amerika Serikat menaikkan sanksi terhadap Korea Utara ketika negara tersebut melakukan serangkaian uji coba nuklir dan rudal pada tahun 2017. Di antaranya dengan memotong sumber-sumber utama Korea Utara untuk meraih dana.
Padahal pertemuan antara kedua pemimpin tersebut seharusnya bisa melanjutkan hasil dari pertemuan puncak pertama mereka di Singapura, tetapi keduanya gagal menjembatani perbedaan dan tidak menandatangani pernyataan bersama seperti yang dijadwalkan semula.
Juru bicara Gedung Putih Sarah Sanders mengatakan kedua pihak mengadakan pertemuan yang sangat baik dan konstruktif untuk membahas berbagai cara guna memajukan konsepsi terkait nuklir yang didorong oleh faktor ekonomi.
Dalam jadwal yang dimiliki Gedung Putih, sebenarnya terdapat jadwal untuk upacara penandatanganan perjanjian bersama dan makan siang untuk kedua pemimpin.
Namun nyatanya, kedua pemimpin ini meninggalkan tempat pertemuan tanpa menandatangani apa pun.
Pertemuan tanpa hasil ini jauh dari harapan sejumlah pihak. Terlebih sejumlah kritikus mengatakan pertemuan mereka di Singapura lebih banyak menonjolkan seremoni ketimbang substansi.