Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menurut perkiraan terbaru IDC, aktivitas ekonomi China yang mendingin menjadi hambatan terbesar pada pengiriman smartphone di seluruh dunia pada tahun ini, yang diperkirakan akan menunjukkan penurunan secara global 3,5% pada tahun 2022.
Dilansir dari Bloomberg, pasar smartphone terbesar di dunia diperkirakan menyusut 38 juta unit tahun ini, turun 11,5% dari tahun 2021 dan menyumbang sekitar empat perlima dari penurunan pengiriman global.
Hanya wilayah Eropa Tengah dan Timur yang dilanda perang yang diperkirakan akan menyusut lebih cepat, karena dampak gabungan dari penguncian Covid-19, ketegangan geopolitik, dan lonjakan inflasi mendinginkan sentimen konsumen.
"Penguncian telah memukul permintaan dan pasokan global secara bersamaan dengan mengurangi permintaan di pasar terbesar di dunia dan memperketat hambatan pada rantai pasokan yang sudah menantang," kata direktur riset IDC Nabila Popal dalam laporannya, dilansir dari Bloomberg, Jumat (3/6).
Baca Juga: Otoritas Pajak India Membekukan Rekening Xiaomi Corp Senilai US$ 478 Juta
"Apple Inc tampaknya menjadi pemasok yang paling sedikit terkena dampak karena memiliki kontrol lebih besar atas rantai pasokannya dan karena sebagian besar pelanggannya di segmen harga tinggi tidak terlalu terpengaruh oleh masalah ekonomi makro seperti inflasi," tambahnya.
Menurut Bloomberg, Apple akan menjaga produksi iPhone-nya tetap datar tahun ini karena pasar semakin ketat, setelah sebelumnya mengharapkan perusahaan untuk meningkatkan produksi karena bekerja menuju generasi iPhone 14 yang ditingkatkan secara signifikan.
Kinerja stabil perusahaan sangat berbeda dengan para pesaingnya di China, yang baru-baru ini mengalami penurunan pengiriman terburuk sejak awal pandemi.
Perkiraan global IDC adalah kebalikan dari perkiraan sebelumnya untuk pertumbuhan 1,6%. Namun, IDC melihat hambatan di industri ponsel pintar berkurang pada paruh kedua tahun ini, kecuali ada kemunduran tambahan, dan memproyeksikan akan pulih ke pertumbuhan 5% pada tahun 2023.
Peneliti pasar juga melihat pertumbuhan di kawasan Asia-Pasifik yang lebih luas, tidak termasuk China dan Jepang, yang dapat tumbuh 3% tahun ini, menurut perkiraan mereka.