Sumber: South China Morning Post | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Bulan lalu, Beijing mengecam penyebaran rudal Tipe 03 Jepang di Yonaguni sebagai tindakan "sangat berbahaya", menyebutnya memicu ketegangan regional dan konfrontasi militer.
Perluasan kemampuan militer Tokyo juga telah menimbulkan kekhawatiran.
Pada bulan Oktober, Takaichi menyatakan niatnya untuk meningkatkan belanja pertahanan Jepang menjadi 2% dari PDB pada akhir Maret tahun depan, dua tahun lebih cepat dari tenggat waktu yang ditetapkan oleh pemerintahan Partai Demokrat Liberal sebelumnya.
Pada bulan September, pakta pertahanan baru antara Tokyo dan Manila, keduanya sekutu AS, mengizinkan militer Jepang untuk ditempatkan di Filipina untuk pertama kalinya sejak Perang Dunia II.
Kurang dari sebulan setelah pakta tersebut berlaku, Jepang dan Filipina mengadakan latihan militer gabungan selama lima hari, yang mencakup pengiriman pasokan bantuan darurat ke pulau Cebu di Filipina.
Latihan tersebut dilakukan sehari sebelum Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China mengadakan latihan gabungan tahunan dengan Malaysia.
Dua hari kemudian, Jepang mengambil bagian dalam latihan gabungan lain yang melibatkan sekutu regional, yang dipimpin oleh Filipina dan AS.
Tonton: Kapal China dan Jepang Bersitegang di Dekat Pulau Sengketa
Bulan lalu, Jepang telah mengekspor pencegat rudal permukaan-ke-udara Patriot produksi dalam negeri ke Amerika Serikat, sebuah langkah yang menurut pengamat dan media China telah mengirimkan "sinyal yang sangat berbahaya" yang mengindikasikan perluasan kemampuan militer.
Selama bertahun-tahun, Beijing menuduh sayap kanan politik Jepang mencoba mengamandemen konstitusi pasifisnya, mengubah kebijakan non-nuklirnya, dan memperluas kemampuan militernya.
Kesimpulan
- Rencana Ekspor Senjata: Jepang sedang menjajaki penjualan sistem rudal Type 03 ke Filipina. Ini adalah sinyal kuat bahwa Jepang mulai agresif melonggarkan aturan ekspor senjatanya yang selama ini sangat ketat.
- Faktor Geopolitik: Langkah ini sangat strategis karena Filipina berada di "Rantai Kepulauan Pertama" dekat Taiwan dan Laut China Selatan. Rudal ini memiliki jangkauan 50km dan bisa menembak jatuh pesawat serta rudal jelajah.
- Reaksi China: Beijing marah besar (bristles). Mereka menganggap penyebaran rudal tipe ini (yang juga ada di pulau Yonaguni dekat Taiwan) sebagai provokasi berbahaya yang memicu ketegangan militer.
- Koneksi Aliansi: Ini memperkuat poros Jepang-Filipina-AS untuk membendung pengaruh China. Pemerintahan PM Sanae Takaichi juga mempercepat kenaikan anggaran militer Jepang (2% PDB) lebih cepat dari jadwal.













