Sumber: TheIndependent.co.uk | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Perdana Menteri Taiwan, Cho Jung-tai, menegaskan bahwa gagasan “kembalinya Taiwan ke China” sama sekali bukan pilihan. Pernyataan itu muncul sehari setelah Presiden China Xi Jinping kembali menekan klaim Beijing atas Taiwan dalam panggilan telepon dengan Presiden AS, Donald Trump.
Mengutip The Independent, dalam pembicaraan itu, Xi menyebut bahwa pengembalian Taiwan setelah Perang Dunia II adalah bagian penting dari tatanan global yang diinginkan Beijing. Ia juga mengingatkan bahwa China dan AS dulu merupakan sekutu perang, dan meminta Washington ikut “menjaga kemenangan Perang Dunia II”.
Secara historis, Taiwan memang berada di bawah administrasi China pada Oktober 1945 setelah Jepang menyerah. Namun bagi pemerintahan Taiwan saat ini, sejarah tersebut tidak menentukan status mereka sekarang.
“Kami kembali menegaskan bahwa Republik China, Taiwan, adalah negara berdaulat dan independen,” ujar Cho kepada wartawan di Taipei.
Dia menambahkan, “Bagi 23 juta rakyat Taiwan, kata ‘kembali’ bukan opsi. Posisi ini sangat jelas.”
Ketegangan soal Taiwan semakin meningkat setelah awal bulan ini Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi menyatakan bahwa jika China menyerang Taiwan, Jepang mungkin akan merespons secara militer. Beijing marah besar, memicu pembatasan impor makanan laut dan seruan boikot perjalanan ke Jepang.
China tetap bersikeras Taiwan adalah bagian dari wilayahnya, dan tidak menutup kemungkinan penggunaan kekuatan untuk penyatuan. Pemerintah Taiwan menolak klaim itu dan menyatakan hanya rakyat Taiwan yang berhak menentukan masa depannya.
Baca Juga: Garis Merah Dilanggar: Jepang Mantap Kirim Rudal, China Murka
Beijing menuntut Takaichi menarik ucapannya, namun Tokyo mengatakan sikap Jepang tidak berubah dan sesuai kebijakan sebelumnya.
Pada Selasa, Takaichi berbicara dengan Trump dan keduanya membahas hubungan masing-masing dengan China. Ia menyebut Trump menggambarkan dirinya “sebagai sahabat dekat” dan siap dihubungi kapan saja.
China pernah menawarkan Taiwan model “satu negara, dua sistem” seperti Hong Kong, tetapi Presiden Taiwan Lai Ching-te sudah menolaknya sejak awal. Dalam beberapa tahun terakhir, China meningkatkan tekanan militer termasuk latihan tempur mengelilingi Taiwan.
Panggilan Xi ke Trump adalah kontak langsung pertama sejak keduanya mencapai gencatan dagang di Korea Selatan. Dalam pernyataan resmi China, isu Taiwan menjadi fokus utama pembicaraan. Ini berbeda dengan versi Gedung Putih yang mengatakan panggilan itu terutama membahas perdagangan.
Media pemerintah China, Xinhua, menyebut Trump memahami pentingnya isu Taiwan bagi Beijing. Trump juga dikabarkan akan berkunjung ke China pada April dan mengundang Xi untuk kunjungan balasan ke AS tahun depan.
Tonton: China Ketar-Ketir Jepang Pasang Sistem Rudal di Dekat Taiwan
Kesimpulan
Dinamika geopolitik soal Taiwan semakin memanas setelah Xi Jinping kembali menekankan klaim kedaulatan China dalam pembicaraan dengan Donald Trump, sementara pemerintah Taiwan dengan tegas menolak gagasan reunifikasi. Di tengah meningkatnya tekanan diplomatik dan militer Beijing, dukungan sosial-politik Taiwan terhadap kemerdekaan de facto tetap kuat. Situasi ini diperkeruh dengan sikap Jepang yang mulai lebih terbuka mendukung Taiwan secara militer, mendorong kawasan Asia Timur semakin dekat ke titik genting di mana diplomasi, militer, dan simbol geopolitik saling beradu.













