Sumber: South China Morning Post | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Beijing mengecam keras langkah Jepang yang menempatkan sistem rudal di sebuah pulau yang jaraknya hanya sekitar 110 kilometer dari Taiwan. China menyebut langkah itu “sangat berbahaya” karena dinilai memperburuk ketegangan dan memicu perlombaan militer di kawasan—di tengah hubungan kedua negara yang semakin memburuk.
Namun, Menteri Pertahanan Jepang Shinjiro Koizumi punya pandangan berbeda. Dalam pernyataan resmi yang dirilis Minggu, ia mengatakan penempatan rudal di Pulau Yonaguni justru diperlukan untuk mencegah potensi serangan terhadap Jepang.
Melansir South China Morning Post, dalam kunjungannya ke Yonaguni pada Sabtu, Koizumi menegaskan bahwa persiapan penempatan rudal permukaan-ke-udara jarak menengah berjalan sesuai rencana. Yonaguni—pulau kecil yang berpenduduk sekitar 1.700 orang—adalah titik terdekat Jepang ke Taiwan, sekaligus lokasi pangkalan Pasukan Bela Diri Jepang.
Dalam beberapa tahun terakhir, Jepang memperkuat pertahanan wilayah ini karena khawatir dengan semakin agresifnya langkah militer China di kawasan.
Pada Senin, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning mengatakan langkah Tokyo tersebut “secara sengaja memperburuk ketegangan regional dan memicu konfrontasi militer.” Ia juga menyebutnya selaras dengan pernyataan Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi tentang kemungkinan campur tangan militer Jepang jika Taiwan diserang.
Komentar Koizumi muncul di tengah hubungan yang semakin memburuk, menyusul pernyataan Takaichi awal bulan ini bahwa serangan China ke Taiwan dapat menjadi “situasi yang mengancam keberlangsungan Jepang.” Dengan begitu, Jepang berpotensi menurunkan pasukan militer bersama Amerika Serikat.
Baca Juga: Xi Warning Trump: Isu Taiwan Tak Bisa Ditawar
Meski China berulang kali memprotes, Takaichi menolak menarik ucapannya.
Sebagai respons, Beijing menghentikan rencana pembukaan kembali impor seafood Jepang, membatasi kerja sama antar pemerintah, memperingatkan warganya untuk tidak belajar atau bepergian ke Jepang, dan memperingatkan bahwa China akan membalas jika Tokyo ikut campur dalam konflik Taiwan.
Bagi China, Taiwan adalah bagian dari wilayahnya dan dapat “dipersatukan kembali dengan kekuatan bila diperlukan”. Sebagian besar negara—termasuk Jepang dan Amerika Serikat—tidak mengakui Taiwan sebagai negara merdeka. Namun AS menentang setiap upaya pengambilalihan Taiwan dengan kekuatan dan berkomitmen memasok senjata ke Taipei.
Mao juga menuduh bahwa “kekuatan sayap kanan Jepang” tengah berusaha keluar dari batasan konstitusi damai negara itu dan “mendorong Jepang dan kawasan ke arah bencana.”
Ia menambahkan: “China tidak akan pernah membiarkan militerisme Jepang bangkit kembali. Kami punya tekad dan kemampuan untuk mempertahankan kedaulatan teritorial kami.”
Di saat yang sama, Beijing meningkatkan aktivitas militernya. Angkatan Laut PLA dari Komando Teater Timur melakukan latihan pada Sabtu, sementara latihan lain di Laut Kuning yang dimulai pertengahan November masih berlangsung hingga 7 Desember.
Baca Juga: Kanada Dekat Finalisasi Kontrak Ekspor Uranium US$2,8 Miliar ke India













