Sumber: South China Morning Post | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Terkait penempatan rudal di Yonaguni, Koizumi menolak anggapan bahwa langkah itu memperburuk situasi, dan menyebut narasi tersebut “tidak akurat.”
Ia menolak menjawab pertanyaan apakah Yonaguni akan menjadi bagian dari strategi pertahanan Jepang jika konflik Taiwan pecah, dengan alasan pertanyaan itu masih “teoretis”.
Media lokal Jepang melaporkan bahwa Tokyo berencana membangun bunker untuk sekitar 200 orang di bawah balai kota Yonaguni dan mengubah ruang parkir bawah tanah di Miyakojima sebagai tempat perlindungan bagi hingga 500 orang. Miyakojima juga menjadi pusat fasilitas militer, termasuk penyimpanan amunisi. Sementara Camp Ishigaki, kurang dari 300 km dari Taiwan, sudah dilengkapi rudal anti-kapal.
Baik Jepang maupun AS telah lama memiliki pangkalan besar di pulau Okinawa, lebih ke utara.
Yonaguni merupakan titik terakhir dari rantai Kepulauan Ryukyu, yang membentang sekitar 1.200 km dari daratan Jepang.
Selama dua bulan terakhir, Korps Marinir AS mengirim bantuan medis dan peralatan mitigasi bencana ke Yonaguni. Menurut laporan Naval News pekan lalu, langkah itu bagian dari strategi “first island chain” yang bertujuan membendung pengaruh militer China di wilayah Pasifik Barat.
Seorang analis militer China menilai Jepang kini telah meningkatkan risiko konflik langsung.
Tonton: Taiwan Larang Konsumsi Indomie Soto Banjar Lantaran Mengandung Etilen Oksida
“Ketika PLA melakukan latihan pengepungan di sekitar Taiwan, kapal dan pesawat kami pasti akan melewati dekat Yonaguni,” kata Fu Qianshao, analis militer dan mantan anggota Angkatan Udara PLA.
Ia menambahkan, “Jika Jepang menggunakan kekuatan militer untuk ikut campur dalam urusan Taiwan, pangkalan dan sistem pertahanan mereka akan menjadi target serangan pertama kami.”
Kesimpulan
Penempatan rudal Jepang di Pulau Yonaguni—yang sangat dekat dengan Taiwan—memperburuk ketegangan dengan China, yang menilai langkah itu provokatif dan terkait sikap Jepang yang lebih vokal soal kemungkinan terlibat dalam konflik Taiwan. Sementara Jepang menyebut penempatan rudal itu langkah defensif, Beijing menilai Tokyo sedang kembali ke arah militerisme dan memperingatkan bahwa setiap keterlibatan Jepang dalam isu Taiwan akan dibalas keras. Di saat eskalasi diplomatik meningkat, latihan militer China, dukungan AS terhadap Jepang, dan strategi pertahanan regional semakin mempertegas bahwa kawasan Asia Timur bergerak menuju dinamika keamanan yang jauh lebih rapuh.













