kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.380.000   40.000   1,71%
  • USD/IDR 16.685   -27,00   -0,16%
  • IDX 8.506   -64,43   -0,75%
  • KOMPAS100 1.178   -10,12   -0,85%
  • LQ45 855   -8,17   -0,95%
  • ISSI 298   -1,52   -0,51%
  • IDX30 442   -5,37   -1,20%
  • IDXHIDIV20 512   -6,66   -1,29%
  • IDX80 132   -1,17   -0,88%
  • IDXV30 136   -0,44   -0,32%
  • IDXQ30 141   -1,77   -1,24%

Rudal Jepang Dekat Taiwan Bikin China Murka: Asia Menuju Krisis Baru?


Selasa, 25 November 2025 / 09:28 WIB
Rudal Jepang Dekat Taiwan Bikin China Murka: Asia Menuju Krisis Baru?
ILUSTRASI. Beijing mengecam keras langkah Jepang yang menempatkan sistem rudal di sebuah pulau yang jaraknya hanya sekitar 110 kilometer dari Taiwan.


Sumber: South China Morning Post | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Beijing mengecam keras langkah Jepang yang menempatkan sistem rudal di sebuah pulau yang jaraknya hanya sekitar 110 kilometer dari Taiwan. China menyebut langkah itu “sangat berbahaya” karena dinilai memperburuk ketegangan dan memicu perlombaan militer di kawasan—di tengah hubungan kedua negara yang semakin memburuk.

Namun, Menteri Pertahanan Jepang Shinjiro Koizumi punya pandangan berbeda. Dalam pernyataan resmi yang dirilis Minggu, ia mengatakan penempatan rudal di Pulau Yonaguni justru diperlukan untuk mencegah potensi serangan terhadap Jepang.

Melansir South China Morning Post, dalam kunjungannya ke Yonaguni pada Sabtu, Koizumi menegaskan bahwa persiapan penempatan rudal permukaan-ke-udara jarak menengah berjalan sesuai rencana. Yonaguni—pulau kecil yang berpenduduk sekitar 1.700 orang—adalah titik terdekat Jepang ke Taiwan, sekaligus lokasi pangkalan Pasukan Bela Diri Jepang.

Dalam beberapa tahun terakhir, Jepang memperkuat pertahanan wilayah ini karena khawatir dengan semakin agresifnya langkah militer China di kawasan.

Pada Senin, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning mengatakan langkah Tokyo tersebut “secara sengaja memperburuk ketegangan regional dan memicu konfrontasi militer.” Ia juga menyebutnya selaras dengan pernyataan Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi tentang kemungkinan campur tangan militer Jepang jika Taiwan diserang.

Komentar Koizumi muncul di tengah hubungan yang semakin memburuk, menyusul pernyataan Takaichi awal bulan ini bahwa serangan China ke Taiwan dapat menjadi “situasi yang mengancam keberlangsungan Jepang.” Dengan begitu, Jepang berpotensi menurunkan pasukan militer bersama Amerika Serikat.

Baca Juga: Xi Warning Trump: Isu Taiwan Tak Bisa Ditawar

Meski China berulang kali memprotes, Takaichi menolak menarik ucapannya.

Sebagai respons, Beijing menghentikan rencana pembukaan kembali impor seafood Jepang, membatasi kerja sama antar pemerintah, memperingatkan warganya untuk tidak belajar atau bepergian ke Jepang, dan memperingatkan bahwa China akan membalas jika Tokyo ikut campur dalam konflik Taiwan.

Bagi China, Taiwan adalah bagian dari wilayahnya dan dapat “dipersatukan kembali dengan kekuatan bila diperlukan”. Sebagian besar negara—termasuk Jepang dan Amerika Serikat—tidak mengakui Taiwan sebagai negara merdeka. Namun AS menentang setiap upaya pengambilalihan Taiwan dengan kekuatan dan berkomitmen memasok senjata ke Taipei.

Mao juga menuduh bahwa “kekuatan sayap kanan Jepang” tengah berusaha keluar dari batasan konstitusi damai negara itu dan “mendorong Jepang dan kawasan ke arah bencana.”

Ia menambahkan: “China tidak akan pernah membiarkan militerisme Jepang bangkit kembali. Kami punya tekad dan kemampuan untuk mempertahankan kedaulatan teritorial kami.”

Di saat yang sama, Beijing meningkatkan aktivitas militernya. Angkatan Laut PLA dari Komando Teater Timur melakukan latihan pada Sabtu, sementara latihan lain di Laut Kuning yang dimulai pertengahan November masih berlangsung hingga 7 Desember.

Baca Juga: Kanada Dekat Finalisasi Kontrak Ekspor Uranium US$2,8 Miliar ke India

Terkait penempatan rudal di Yonaguni, Koizumi menolak anggapan bahwa langkah itu memperburuk situasi, dan menyebut narasi tersebut “tidak akurat.”

Ia menolak menjawab pertanyaan apakah Yonaguni akan menjadi bagian dari strategi pertahanan Jepang jika konflik Taiwan pecah, dengan alasan pertanyaan itu masih “teoretis”.

Media lokal Jepang melaporkan bahwa Tokyo berencana membangun bunker untuk sekitar 200 orang di bawah balai kota Yonaguni dan mengubah ruang parkir bawah tanah di Miyakojima sebagai tempat perlindungan bagi hingga 500 orang. Miyakojima juga menjadi pusat fasilitas militer, termasuk penyimpanan amunisi. Sementara Camp Ishigaki, kurang dari 300 km dari Taiwan, sudah dilengkapi rudal anti-kapal.

Baik Jepang maupun AS telah lama memiliki pangkalan besar di pulau Okinawa, lebih ke utara.

Yonaguni merupakan titik terakhir dari rantai Kepulauan Ryukyu, yang membentang sekitar 1.200 km dari daratan Jepang.

Selama dua bulan terakhir, Korps Marinir AS mengirim bantuan medis dan peralatan mitigasi bencana ke Yonaguni. Menurut laporan Naval News pekan lalu, langkah itu bagian dari strategi “first island chain” yang bertujuan membendung pengaruh militer China di wilayah Pasifik Barat.

Seorang analis militer China menilai Jepang kini telah meningkatkan risiko konflik langsung.

Tonton: Taiwan Larang Konsumsi Indomie Soto Banjar Lantaran Mengandung Etilen Oksida

“Ketika PLA melakukan latihan pengepungan di sekitar Taiwan, kapal dan pesawat kami pasti akan melewati dekat Yonaguni,” kata Fu Qianshao, analis militer dan mantan anggota Angkatan Udara PLA.

Ia menambahkan, “Jika Jepang menggunakan kekuatan militer untuk ikut campur dalam urusan Taiwan, pangkalan dan sistem pertahanan mereka akan menjadi target serangan pertama kami.”

Kesimpulan 

Penempatan rudal Jepang di Pulau Yonaguni—yang sangat dekat dengan Taiwan—memperburuk ketegangan dengan China, yang menilai langkah itu provokatif dan terkait sikap Jepang yang lebih vokal soal kemungkinan terlibat dalam konflik Taiwan. Sementara Jepang menyebut penempatan rudal itu langkah defensif, Beijing menilai Tokyo sedang kembali ke arah militerisme dan memperingatkan bahwa setiap keterlibatan Jepang dalam isu Taiwan akan dibalas keras. Di saat eskalasi diplomatik meningkat, latihan militer China, dukungan AS terhadap Jepang, dan strategi pertahanan regional semakin mempertegas bahwa kawasan Asia Timur bergerak menuju dinamika keamanan yang jauh lebih rapuh.

Selanjutnya: Pendapatan Widodo Makmur Perkasa (WMPP) Melonjak 87,2% Hingga Kuartal III-2025

Menarik Dibaca: Indeks Lanjutkan Penguatan, Simak Rekomendasi Saham BNI Sekuritas Selasa (25/11)




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×