Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - HUKOU, TAIWAN. Presiden Taiwan Lai Ching-te menegaskan bahwa Taiwan menolak penerapan konsep “satu negara, dua sistem” yang ditawarkan China.
Ia menegaskan bahwa Taiwan akan terus menjunjung tinggi kebebasan, demokrasi, serta tekad untuk mempertahankan diri dari segala bentuk ancaman.
Pernyataan ini disampaikan Lai pada Jumat (31/10/2025) di hadapan para prajurit di pangkalan militer Hukou, Taiwan utara.
Baca Juga: Menjelang Pertemuan Trump–Xi, Taiwan Yakin Hubungan dengan AS Tetap Kuat
Ia menanggapi pernyataan terbaru Beijing yang kembali menegaskan tidak akan menutup kemungkinan penggunaan kekuatan militer terhadap Taiwan, meskipun sebelumnya media pemerintah China sempat mengedepankan pendekatan yang lebih lunak.
“Menerima klaim agresor dan menyerahkan kedaulatan tidak akan pernah membawa perdamaian. Karena itu, kita harus mempertahankan status quo dengan martabat dan tekad, menolak aneksasi, agresi, serta pemaksaan unifikasi,” ujar Lai.
Ia menambahkan, “Kami menolak konsep ‘satu negara, dua sistem’ karena Taiwan akan selamanya menjunjung sistem konstitusional yang bebas dan demokratis.”
Taiwan Tegaskan Kedaulatan
Tak ada partai politik besar di Taiwan yang mendukung gagasan “satu negara, dua sistem” seperti yang diterapkan China di Hong Kong dan Makau.
Lai menegaskan, Republik China nama resmi Taiwan dan Republik Rakyat China adalah entitas yang tidak saling tunduk.
Baca Juga: Dolar Taiwan dan Ringgit Naik Tertinggi Rabu (29/10) Pagi, Rupiah Melemah Tipis
“Kedaulatan Taiwan tidak dapat dilanggar atau dianeksasi, dan masa depan Taiwan hanya dapat ditentukan oleh rakyatnya sendiri,” tegasnya.
Lai juga menegaskan bahwa upaya rakyat Taiwan dalam menjaga kedaulatan serta mempertahankan kehidupan demokratis tidak boleh dianggap sebagai tindakan provokatif.
“Berinvestasi pada pertahanan nasional berarti berinvestasi pada perdamaian,” tambahnya.
Perkuat Pertahanan Nasional
Sebagai bagian dari kebijakan pertahanannya, Lai berkomitmen untuk meningkatkan anggaran militer hingga 5% dari PDB pada tahun 2030, guna memperkuat pertahanan menghadapi ancaman dari Tiongkok yang kian meningkat.
Kunjungan Lai ke Hukou bertepatan dengan upacara peresmian batalion pertama tank M1A2T Abrams buatan General Dynamics Land Systems, anak usaha dari perusahaan Amerika Serikat General Dynamics.
Baca Juga: Raja Charles Cabut Gelar Pangeran Andrew dan Usir dari Kediaman Kerajaan
Taiwan telah menerima 80 dari total 108 unit tank yang dipesan dari Amerika Serikat, mitra internasional terpenting dan pemasok utama persenjataan Taiwan, meski kedua negara tidak memiliki hubungan diplomatik resmi.
Tank M1A2T mampu menembakkan amunisi berdaya ledak tinggi dan peluru kinetik, termasuk armor-piercing fin-stabilised discarding sabot untuk menembus lapisan baja.
Ketegangan AS–China di Tengah Isu Taiwan
Sementara itu di Kuala Lumpur, Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth bertemu dengan Menteri Pertahanan China Dong Jun untuk membahas aktivitas militer Beijing di sekitar Taiwan dan Laut China Selatan yang masih dipersengketakan.
Dong menegaskan bahwa “reunifikasi” China dan Taiwan merupakan tren sejarah yang tak terelakkan, serta mendesak AS untuk “mengambil sikap tegas menentang kemerdekaan Taiwan,” demikian pernyataan resmi Kementerian Pertahanan China.













