Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - TAIPEI. Presiden Taiwan Lai Ching-te memperingatkan bahwa jika China berhasil mengambil alih Taiwan, hal itu tidak hanya mengancam keamanan regional, tetapi juga kepentingan nasional Amerika Serikat (AS).
Ia menilai langkah tersebut akan memperkuat posisi Beijing dalam persaingannya dengan Washington di panggung global.
Baca Juga: Taiwan Tegaskan Tolak Skema Produksi Chip 50-50 dengan AS
“Begitu Taiwan dianeksasi, China akan memperoleh kekuatan yang lebih besar untuk menyaingi Amerika Serikat di kancah internasional, dan ini akan melemahkan tatanan global berbasis aturan,” ujar Lai dalam wawancara dengan acara radio konservatif AS The Clay Travis and Buck Sexton Show, sebagaimana dikutip dari transkrip yang dirilis kantor kepresidenan Taiwan, Selasa (7/10/2025).
“Pada akhirnya, hal ini juga akan berdampak pada kepentingan dalam negeri Amerika Serikat. Karena itu, saya berharap Presiden Trump tetap menjunjung perdamaian dan stabilitas di kawasan Indo-Pasifik,” lanjutnya.
Lai mengatakan bahwa Presiden China Xi Jinping tidak hanya meningkatkan skala latihan militer di Selat Taiwan, tetapi juga memperluas kekuatan militernya di Laut China Timur dan Laut China Selatan.
Baca Juga: Taiwan Geser India, Kini Jadi Importir Terbesar Naphtha Rusia
Ia menegaskan aktivitas militer Beijing yang semakin jauh dari wilayahnya sendiri merupakan ancaman yang meluas, bukan hanya bagi Taiwan.
Pernyataan tersebut disampaikan di tengah belum adanya pengumuman penjualan senjata baru dari pemerintahan Presiden Donald Trump kepada Taiwan sejak ia menjabat awal tahun ini, meski AS tetap menjadi pendukung internasional utama bagi Taipei tanpa hubungan diplomatik resmi.
Trump dan Xi Jinping dijadwalkan dapat bertemu dalam forum pemimpin Asia-Pasifik di Korea Selatan akhir bulan ini.
Baca Juga: Xi Jinping Manfaatkan Negosiasi Dagang untuk Ubah Sikap AS atas Taiwan
Kementerian Luar Negeri China belum memberikan tanggapan terkait pernyataan Lai tersebut. Beijing selama ini menolak klaim Taiwan sebagai negara berdaulat dan menyebut Lai sebagai “separatis”.
Sementara itu, Lai menegaskan bahwa hanya rakyat Taiwan yang berhak menentukan masa depan mereka sendiri.