Sumber: NDTV | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Taiwan, yang selama ini dianggap sebagai benteng utama Amerika Serikat di Asia dalam menghadapi tekanan diplomatik dan militer Tiongkok, kini menghadapi sorotan tajam.
Meski menyatakan diri sebagai sekutu Ukraina dan bergabung dengan sanksi Barat terhadap Rusia sejak invasi 2023, Taipei justru tercatat sebagai importir terbesar naphtha Rusia di dunia.
Menurut laporan The Guardian yang mengutip data Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA), Taiwan mengimpor naphtha Rusia senilai US$1,3 miliar pada semester pertama 2025.
Baca Juga: Rusia Banjiri Pasar Asia, Minyak Mentah Timur Tengah Berfluktuasi Tajam
Angka tersebut setara dengan hampir enam kali lipat rata-rata impor tahun 2022, dan meningkat 44% dibandingkan semester pertama 2024.
Apa Itu Naphtha?
Naphtha adalah produk turunan minyak bumi yang menjadi bahan baku utama industri petrokimia. Senyawa ini dipakai untuk memproduksi olefin dan aromatik yang kemudian diolah menjadi plastik, serat sintetis, resin, hingga bahan kimia lain.
Dalam konteks Taiwan, naphtha memiliki peran strategis karena digunakan dalam rantai pasok industri semikonduktor, sektor vital yang menjadikan Taiwan sebagai pemain global dalam teknologi chip.
Kontras dengan Sikap Politik Taiwan terhadap Ukraina
Meski masih aktif membeli produk energi Rusia, Taiwan terus menegaskan komitmennya mendukung Ukraina. Baru-baru ini, Menteri Luar Negeri Lin Chia-lung menandatangani perjanjian di Polandia untuk membantu anak-anak Ukraina korban invasi Rusia.
Taiwan juga telah menerapkan kontrol ekspor guna mencegah teknologi canggihnya digunakan oleh militer Rusia. Namun, kenyataan bahwa Taipei tetap mengimpor miliaran dolar produk minyak murah dari Rusia menimbulkan paradoks dalam posisi politiknya.
India Juga Jadi Sorotan, Dihukum dengan Tarif AS
India, bersama Taiwan, tercatat sebagai salah satu tujuan utama ekspor naphtha Rusia lewat jalur laut. Pada semester pertama 2025, New Delhi mengimpor lebih dari 1,4 juta ton produk minyak Rusia.
Namun berbeda dengan Taiwan, India dikenai sanksi ekonomi oleh Amerika Serikat. Pemerintahan Donald Trump menjatuhkan tarif 25% sebagai hukuman atas pembelian minyak murah Rusia.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Stabil Rabu (1/10) Pagi: Brent ke US$66,15 & WTI ke US$62,49
Kondisi ini menimbulkan pertanyaan mengenai sikap Washington terhadap Taiwan, mengingat Taipei justru merupakan sekutu strategis AS di Asia Timur.
Hubungan AS–Taiwan: Dari Perang Dingin hingga Kini
Sejak era Perang Dingin, Taiwan pernah menjadi tuan rumah bagi pangkalan militer AS dan memiliki perjanjian pertahanan bersama dengan Washington. Namun, pada 1979 AS memutus hubungan resmi dengan Taipei dan mengakui Beijing sebagai pemerintah sah Tiongkok.
Sejak itu, hubungan diatur melalui Taiwan Relations Act, yang memungkinkan AS memberikan dukungan pertahanan tanpa kewajiban intervensi militer langsung.
Meski AS menjalankan kebijakan “strategic ambiguity”, Presiden Joe Biden sebelumnya sempat menyatakan kesediaan menggunakan kekuatan militer untuk membela Taiwan jika diserang Tiongkok. Di bawah Trump, fokus lebih ditekankan pada aspek ekonomi dan tekanan terhadap mitra dagang terkait minyak Rusia.