Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - TAIPEI. Pada peringatan satu tahun masa jabatannya, Presiden Taiwan Lai Ching-te menyampaikan komitmennya terhadap perdamaian dan dialog dengan Tiongkok, sembari menekankan pentingnya memperkuat pertahanan nasional.
Dalam konferensi pers di kantor kepresidenan di pusat kota Taipei, Lai menegaskan bahwa meskipun Taiwan membuka ruang untuk kerja sama dan komunikasi, negara harus realistis terhadap potensi ancaman dari Beijing.
"Saya pun berkomitmen pada perdamaian. Karena perdamaian itu tak ternilai dan perang tidak menghasilkan pemenang. Namun dalam mengejar perdamaian, kita tidak boleh larut dalam mimpi atau ilusi," kata Lai.
Menanggapi Ancaman Tiongkok: Persiapan Pertahanan sebagai Strategi Pencegahan
Dalam pernyataannya, Lai menyampaikan bahwa mempersiapkan diri untuk kemungkinan konflik adalah strategi terbaik untuk mencegah perang. Taiwan telah meningkatkan modernisasi militer, memperkuat aliansi strategis, serta memperluas kerja sama pertahanan dengan negara mitra, khususnya Amerika Serikat.
Baca Juga: Raksasa Baterai EV China CATL Siap IPO Jumbo di Hong Kong
Tiongkok, yang menganggap Lai sebagai separatis dan Taiwan sebagai provinsi pemberontak, telah menolak sejumlah tawaran dialog dari pemerintah Taiwan. Kementerian Pertahanan Tiongkok bahkan menyebut Lai sebagai “pencipta krisis Selat Taiwan”, menuduhnya memperburuk ketegangan.
Meski menghadapi sikap agresif dari Beijing, Lai tetap menawarkan jalur diplomatik. Ia menyampaikan kesiapan Taiwan untuk berdialog selama prinsip "martabat timbal balik" dijaga.
"Taiwan senang melakukan pertukaran dan kerja sama dengan Tiongkok selama ada martabat timbal balik. Gunakan pertukaran untuk menggantikan pengepungan, dan dialog untuk menggantikan konfrontasi."
Latihan Militer Tiongkok dan Ancaman Keamanan Kawasan
Lai memberikan peringatan bahwa Beijing bisa saja menandai peringatan masa jabatan dengan latihan militer baru, menyusul manuver militer sebelumnya seperti “Strait Thunder-2025A” dan dua rangkaian “Joint Sword-2024”. Dalam latihan tersebut, Tiongkok mengelilingi wilayah udara dan perairan sekitar Taiwan, mengirimkan puluhan pesawat tempur dan kapal perang.
Dalam laporan harian dari Kementerian Pertahanan Taiwan, disebutkan bahwa dalam 24 jam terakhir, terdeteksi enam pesawat militer dan sebelas kapal Tiongkok di sekitar wilayah pulau tersebut. Aktivitas ini menunjukkan eskalasi militer yang konsisten dan terukur dari Beijing.
Selain ketegangan lintas selat, Lai juga menghadapi tantangan ekonomi, termasuk kemungkinan pengenaan tarif baru dari Amerika Serikat. Meski demikian, pemerintah Taiwan sedang menjalankan pembicaraan ekonomi yang "berjalan lancar" dengan Washington.
Dalam langkah strategis untuk meningkatkan daya saing ekonomi teknologi tinggi Taiwan, pemerintah berencana mendirikan dana kekayaan negara (sovereign wealth fund).
"Pemerintah akan membentuk dana kekayaan negara untuk menciptakan platform investasi nasional, memanfaatkan kekuatan industri Taiwan, yang dipimpin oleh pemerintah dan bekerja sama dengan sektor swasta," jelas Lai.
Baca Juga: Pengusaha Hong Kong Jadi Korban Salah Identitas dalam Daftar Hitam Perdagangan AS
Dukungan Industri Teknologi: Taiwan di Pusat Peta AI Global
Setelah konferensi pers, Lai menghadiri pembukaan pameran teknologi Computex, salah satu ajang teknologi terbesar di Asia. Ia mengunjungi booth perusahaan teknologi ternama seperti Nvidia, Foxconn, dan MediaTek, serta bertemu langsung dengan para eksekutif senior.
Computex tahun ini dipusatkan pada perkembangan kecerdasan buatan (AI), dan Jensen Huang, CEO Nvidia kelahiran Taiwan, menjadi bintang utama. Keterlibatan aktif Lai di ajang ini menegaskan komitmennya pada ekspansi industri teknologi tinggi sebagai pilar pertumbuhan ekonomi Taiwan.