kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.035.000   26.000   1,29%
  • USD/IDR 16.438   0,00   0,00%
  • IDX 7.866   64,56   0,83%
  • KOMPAS100 1.100   10,59   0,97%
  • LQ45 795   1,66   0,21%
  • ISSI 269   3,22   1,21%
  • IDX30 412   1,18   0,29%
  • IDXHIDIV20 479   1,50   0,31%
  • IDX80 121   0,39   0,32%
  • IDXV30 133   1,12   0,85%
  • IDXQ30 133   0,61   0,46%

Presiden Taiwan Kritik Kultus Pemimpin Kuat saat China Gelar Parade Perang


Rabu, 03 September 2025 / 10:59 WIB
Presiden Taiwan Kritik Kultus Pemimpin Kuat saat China Gelar Parade Perang
ILUSTRASI. Presiden Taiwan Lai Ching-te mengkritik kultus pribadi pemimpin kuat dan jaringan polisi rahasia pada Rabu (3/9/2025).


Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - TAIPEI. Presiden Taiwan Lai Ching-te mengkritik kultus pribadi pemimpin kuat dan jaringan polisi rahasia pada Rabu (3/9/2025), bertepatan dengan parade militer di Beijing yang dipimpin Presiden China Xi Jinping bersama Presiden Rusia Vladimir Putin dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un untuk memperingati akhir Perang Dunia II.

Taiwan, yang diperintah secara demokratis namun diklaim Beijing sebagai wilayahnya, berulang kali mengecam pandangan China yang dianggap menyimpangkan sejarah perang. Taipei menegaskan bahwa pada masa itu pemerintah Republik Tiongkok (ROC) ikut berperang bersama Sekutu.

Pemerintahan ROC mundur ke Taiwan pada 1949 setelah kalah dalam perang saudara melawan komunis pimpinan Mao Zedong, dan hingga kini masih mempertahankan nama resmi tersebut.

Baca Juga: China Gelar Parade Militer Terbesar, Xi Pamer Kekuatan di Hadapan Putin dan Kim

Dalam unggahan di Facebook untuk memperingati Hari Angkatan Bersenjata Taiwan, Lai menyinggung peran Jenderal ROC Hsu Yung-chang yang menandatangani dokumen penyerahan Jepang atas nama China.

Ia menyebut perkembangan bahwa negara-negara bekas Poros kini menjadi demokrasi sebagai hal yang "menggembirakan".

“Definisi fasisme itu luas,” tulis Lai. “Ia mencakup nasionalisme ekstrem, pencarian kebangkitan besar negara yang ilusif, kontrol ketat terhadap kebebasan berbicara, penindasan keberagaman sosial, pembentukan jaringan polisi rahasia, hingga pengultusan pemimpin kuat secara terang-terangan.”

Lai tidak secara langsung menyebut parade perang di Beijing. Dalam acara itu, Xi Jinping memperingatkan dunia sedang menghadapi pilihan antara perdamaian dan perang.

Baca Juga: Presiden Taiwan Serukan Perdamaian dengan China, Sembari Perkuat Pertahanan Nasional

Sementara Beijing menggelar parade, Lai menghadiri upacara peringatan di National Revolutionary Martyr’s Shrine, Taipei, untuk mengenang para pejuang ROC yang gugur melawan Jepang maupun komunis. Pemerintah Taiwan juga melarang warganya menghadiri parade di Beijing.

Tokoh paling menonjol dari Taiwan yang hadir di parade tersebut adalah Hung Hsiu-chu, mantan ketua partai oposisi terbesar, Kuomintang (KMT). 

Partai itu merupakan partai berkuasa ROC saat perang melawan Jepang dan ikut mundur ke Taiwan pada 1949 bersama pemerintah. Namun, KMT tidak mengirim delegasi resmi ke acara di Beijing.

Selanjutnya: Rumah, Lukisan, dan Tragedi: Curahan Hati Sri Mulyani yang Menyentuh

Menarik Dibaca: Daftar Promo KFC Tiap Rabu, Midweek Crunch Paket 4 Ayam Goreng Cuma Rp 40.000




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Powered Scenario Analysis AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004

[X]
×