Sumber: Channel News Asia | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
Dilansir dari Channel News Asia, pada tahun 1960-an China meluncurkan program ilmiah untuk menemukan pengobatan malaria baru, yang mengarah pada penemuan artemisinin pada tahun 1970-an.
Artemisinin merupakan senyawa inti terapi kombinasi berbasis artemisinin (ACTs), yang merupakan obat antimalaria paling efektif yang tersedia.
Upaya perang terus berlanjut sampai periode 1980-an ketika China menjadi salah satu negara pertama yang secara ekstensif menguji penggunaan kelambu berinsektisida untuk mencegah malaria. Pada tahun 1988, lebih dari 2,4 juta telah didistribusikan secara nasional.
Pada akhir tahun 1990, jumlah kasus malaria di China telah turun drastis menjadi 117.000, dan kematian telah berkurang hingga 95%.
Setelah empat tahun berturut-turut tanpa kasus asli, China mengajukan sertifikasi WHO pada tahun 2020. Para ahli melakukan perjalanan ke China pada Mei tahun ini.