Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Dalam beberapa hari terakhir, beberapa warga Tibet melakukan protes solidaritas di Dharamsala India, tempat Dalai Lama tinggal di pengasingan, dan juga di kedutaan dan konsulat Tiongkok di AS dan Eropa, untuk menarik perhatian publik terhadap masalah ini.
“Dikriminalisasi karena membela rumah dan lingkungan mereka, warga Tibet di Tibet mempertaruhkan hidup mereka dengan berbagi video di media sosial yang mengungkap realitas Tibet di bawah pendudukan pemerintah Tiongkok,” kata Chemi Lhamo, direktur kampanye Students for a Free Tibet dalam sebuah pernyataan. .
“Pemindahan ribuan masyarakat adat yang telah menjaga tanah leluhur mereka selama ribuan tahun adalah masalah hak asasi manusia dan keadilan iklim,” tambahnya lagi.
Reaksi luar negeri
Mengutip Radio Free Asia (RFA), seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Kanada mengatakan bahwa pemerintah memantau dengan cermat situasi di Dege dan mengatakan penahanan warga Tibet adalah masalah yang “sangat memprihatinkan.”
“Kanada masih sangat prihatin dengan situasi hak asasi manusia yang mempengaruhi warga Tibet, termasuk pembatasan kebebasan berekspresi dan kebebasan beragama atau berkeyakinan, serta perlindungan hak linguistik dan budaya,” kata Geneviève Tremblay, juru bicara Urusan Global Kanada.
“Kami mendesak pihak berwenang Tiongkok untuk segera membebaskan semua orang (warga Tibet) yang ditahan karena menggunakan hak kebebasan berbicara dan berkumpul,” katanya.
Baca Juga: India Tolak Usulan China Soal Penggantian Nama Tempat di Perbatasan yang Bersengketa
Mengutip laporan RFA tentang penangkapan massal tersebut, para pemimpin pemerintahan di pengasingan Tibet bersama dengan perwakilan kelompok pendukung Tibet dari lebih dari 42 negara mengeluarkan pernyataan pada hari Sabtu yang menyatakan kekhawatiran mereka.
“Penindasan keras terhadap protes tanpa kekerasan di Dege tidak dapat dikecam. Pengabaian pihak berwenang Tiongkok terhadap hak-hak warga Tibet tidak dapat diterima dalam ukuran apa pun,” kata Penpa Tsering, Sikyong atau Presiden Administrasi Pusat Tibet.