Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan
Washington telah lama menentang klaim teritorial China yang luas di Laut China Selatan, mengirimkan kapal perang secara teratur melalui jalur perairan strategis untuk menunjukkan kebebasan navigasi. Tapi, pengumuman pada Senin (13/7) mencerminkan nada yang lebih keras.
Cina mengklaim 90% dari Laut China Selatan yang berpotensi kaya energi. Tetapi, Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam juga mengklaim bagian-bagiannya di perairan yang menjadi jalur perdagangan senilai US$ 3 triliun per tahun.
Beijing telah membangun pangkalan-pangkalan di atas atol di Laut China Selatan, tetapi mengatakan niatnya damai.
Baca Juga: Memanas, Jepang sebut China terus berupaya ubah status quo di Laut China Selatan
Sebelumnya pada Selasa (14/7), juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengutuk penolakan AS atas klaim China.
"Ini dengan sengaja menimbulkan kontroversi mengenai klaim kedaulatan maritim, menghancurkan perdamaian dan stabilitas regional, dan merupakan tindakan yang tidak bertanggungjawab," katanya seperti dilansir Reuters.
Hubungan AS-China semakin lama semakin tegang atas berbagai masalah, termasuk penanganan Tiongkok terhadap virus corona baru dan cengkeramannya yang semakin ketat di Hong Kong.