Sumber: Reuters,Kompas.com | Editor: Anna Suci Perwitasari
Bias juga menyalahkan gubernur Brasilia yang tak berdaya dengan tekanan presiden Brasil, Jair Bolsonaro, yang memiliki kebijakan yang keliru.
Bolsonaro sebagai orang nomor satu di Brasil, menghendaki kegiatan usaha di negaranya dibuka kembali untuk menyelamatkan perekonomian dalam negeri. Bolsonaro menganggap dampak ekonomi karena lockdown lebih mengancam daripada risiko kesehatan masyarakat karena pandemi virus corona.
Pada Rabu (8/7), seorang hakim menunda keputusan untuk membuka kembali Brasilia dan pemerintah kota mengajukan banding atas putusan tersebut.
Pada akhirnya, gubernur Brasilia mendeklarasikan lockdown untuk semua, kecuali berbagai aktivitas penting di Ceilandia dan Sol Nascente. Sementara ini, kantor gubernur menolak memberikan komentar atas hasil keputusannya.
Agen pembangunan kota mengatakan, Brasilia telah cukup baik dalam menggencarkan tes diagnostik virus corona kepada penduduknya, dibandingkan yang berjalan di Amerika Serikat, Swiss, atau Austria.
Baca Juga: Corona di Korea: Infeksi Covid-19 baru turun untuk empat hari berturut-turut
Brasilia adalah kota besar di Brasil yang pertama kali menerapkan kebijakan social distancing untuk mengendalikan penyebaran pandemi virus corona, pada Maret lalu.
Saat itu, jumlah kasus yang terjadi cukup terkendali di tengah pandemi global. Namun, para pakar mengatakan bahwa kondisi terkendali itu seketika berubah dengan lonjakan tajam jumlah kasus virus corona, setelah aturan karantina mandiri dicabut.
Atas tekanan kebijakan dari Presiden Brasil Jair Bolsonaro, para walikota dan gubernur di seluruh Brasil melonggarkan perintah karantina mandiri. Bahkan, ketika kasus infeksi virus corona dikonfirmasi meningkat melewati 1,7 juta kasus, dengan hampir 70.000 orang meninggal karena wabah terburuk di dunia, Covid-19. (Shintaloka Pradita Sicca)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Dibuka Kembali, Ibu Kota Brasil Langsung Alami Lonjakan Covid-19".