Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Pasar obligasi Asia mencatat arus keluar dana asing terbesar dalam tiga setengah tahun terakhir pada September 2025, dipicu oleh aksi jual besar-besaran di Indonesia menyusul meningkatnya kekhawatiran fiskal dan politik, serta melambatnya aktivitas ekonomi regional.
Berdasarkan data otoritas pasar dan asosiasi obligasi di berbagai negara pada Selasa (21/10/2025), investor asing mencatatkan penjualan bersih obligasi senilai US$ 5,48 miliar di lima negara utama Indonesia, Malaysia, Thailand, India, dan Korea Selatan.
Baca Juga: Penutupan Pemerintahan AS Diperkirakan Berakhir Pekan Ini
Angka tersebut merupakan yang tertinggi sejak Maret 2022.
Indonesia menjadi penyumbang terbesar arus keluar tersebut, dengan penjualan bersih obligasi asing mencapai US$ 4,6 miliar pada September, level tertinggi bulanan sejak setidaknya 2016.
Kondisi ini diperparah oleh meningkatnya ketidakpastian fiskal pasca pencopotan mendadak Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan gelombang protes luas yang mengguncang pasar.
Malaysia juga mencatat pelepasan bersih sebesar US$ 1,63 miliar, menjadi penjualan bulanan terbesar sejak Oktober 2024.
Baca Juga: Harga Ethereum (ETH) Gagal Tembus US$4.000, Tekanan Jual dari ETF Spot Kian Menguat
Sementara itu, produksi industri di sebagian besar ekonomi utama Asia melemah pada September, tertekan oleh tanda-tanda perlambatan ekonomi Amerika Serikat (AS), dampak tarif tinggi yang diberlakukan Presiden Donald Trump, serta permintaan lemah dari China yang terus berlanjut.
“Kelemahan pada permintaan domestik juga akan terus membatasi pertumbuhan di sebagian besar kawasan,” ujar Khoon Goh, Kepala Riset Asia di ANZ, dalam laporannya awal bulan ini.
Goh menambahkan, dalam kondisi tersebut, aset-aset Asia berpotensi mendapat dukungan yang lebih lemah dalam jangka menengah.
Baca Juga: Dua Perempuan di Puncak: Takaichi dan Katayama Tandai Era Baru Politik Jepang
Meski demikian, beberapa pasar mencatat arus masuk terbatas. Obligasi Korea Selatan, India, dan Thailand masing-masing mencatatkan inflow sebesar US$ 563 juta, US$ 124 juta, dan US$ 60 juta pada bulan lalu.