kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45892,58   -2,96   -0.33%
  • EMAS1.324.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dapen terbesar dunia, GPIF kehilangan aset kelolaan US$ 164,7 miliar akibat corona


Jumat, 03 Juli 2020 / 18:09 WIB
Dapen terbesar dunia, GPIF kehilangan aset kelolaan US$ 164,7 miliar akibat corona
ILUSTRASI. FILE PHOTO: The sign of Japan's Government Pension Investment Fund (GPIF) is seen after a news conference in Tokyo, Japan, April 1, 2016. REUTERS/Thomas Peter/File Photo


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - TOKYO. Pandemi Covid-19 memberikan pukulan telak bagi perusahaan dana pensiun (Dapen) terbesar di dunia Government Pension Investment Fund (GPIF) Jepang. Dapen pelat merah itu kehilangan aset kelolaan ¥ 17,7 triliun setara dengan US$ 164,7 miliar sepanjang kuartal pertama 2020.

Mengutip Bloomberg pada Jumat (3/7), penurunan dana kelolaan itu tercatat paling tajam sejak April 2008. Pasca mengalami kehilangan hingga 11%, GPIF hanya memiliki aset kelolaan senilai ¥ 150,63 triliun. Penurunan itu diakibatkan memburuknya portofolio investasi pada saham asing lalu ekuitas domestik.

GPIF sendiri baru saja merombak jajaran direksi dan mengubah strategi alokasi investasi yang lebih fokus pada utang luar negeri. Kerugian itu, otomatis menghapuskan keuntungan untuk tahun fiskal bagi Dapen itu.

Baca Juga: Corona di Jepang: Kembali catat rekor kasus, Tokyo ogah berlakukan keadaan darurat

Tak sampai disitu, kini GPIF mendapat perhatian publik dan politik. Lantaran jaminan sosial tetap menjadi perhatian utama bagi puluhan juta pensiunan Jepang.

"Penurunan ekuitas domestik dan asing menyebabkan pengembalian negatif untuk tahun fiskal. Kedua pasar ekuitas berkinerja kuat selama 2019 bahkan di bawah tekanan dari negosiasi perdagangan AS-China. Namun pandemi global coronavirus menyebabkan para investor mengambil sikap mengambil risiko,” ungkap Presiden GPIF Masataka Miyazono.

Ia menjelaskan, obligasi luar negeri yang menjadi satu-satunya aset utama penghasil pengembalian triwulanan yang positif. Sekuritas naik 0,5%, dibandingkan dengan kerugian 0,5% untuk obligasi domestik, 18% untuk ekuitas lokal dan 22% untuk saham asing.

Pada bulan April, GPIF meningkatkan alokasi asetnya ke obligasi asing sebesar 10 poin persentase menjadi 25%, sambil menjaga target untuk saham asing dan domestik tidak berubah pada 25%.

Naoki Fujiwara, kepala fund manager di Shinkin Asset Management Co., mengatakan kerugian akan terus berlanjuti. Ia melihat ekuitas telah pulih sejak Maret, sehingga dana pensiun harus menutup kerugian untuk periode April-Juni.

"Portofolio saat ini terkena volatilitas ekuitas. Kami memproyeksi bakal memberikan hasil rendah saat ini, kemungkinan akan berlanjut untuk dua tahun ke depan. Jadi mungkin tidak apa-apa untuk saat ini, tetapi dalam jangka panjang, dana pensiun harus memperbaiki alokasi ekuitasnya," papar Fujiwara.

Di bawah bimbingan baru Presiden GPIF Miyazono dan Kepala Investasi Eiji Ueda, perusahaan tersebut harus menavigasi pasar yang bergejolak antara pandemi coronavirus yang sedang berlangsung dan janji-janji langkah-langkah stimulus ekonomi. Kekhawatiran gelombang kedua wabah sudah menghambat pemulihan pasar ekuitas global.

Miyazono bilang GPIF tidak terburu-buru untuk membeli obligasi asing, yang 3% di bawah target alokasi. Lantaran Dapen memiliki jangka waktu investasi jangka panjang lebih lama dari 10-20 tahun, katanya. Ia menekankan tidak akan ada dampak pada pembayaran pensiun dari hasil kinerja satu tahun.

Investasi dalam indeks ESG mencapai rekor tertinggi ¥ 5,7 triliun. GPIF, pemimpin dalam investasi yang bertanggung jawab secara sosial, telah berinvestasi dalam indeks seperti FTSE Blossom Jepang, MSCI Japan ESG Select Leaders dan MSCI Japan Empowering Women.

Baca Juga: Corona di Jepang: Tokyo catat rekor COVID-19 tertinggi dua bulan terakhir  

Selama kuartal Januari-Maret, MSCI All-Country World Index saham global merosot 22% dan Indeks S&P 500 turun 20%, sementara Topix juga turun 18%. Imbal hasil pada obligasi 10-tahun AS turun 125 basis poin selama periode yang sama, sementara benchmark imbal hasil obligasi pemerintah Jepang naik sekitar 3 basis poin. Yen Jepang naik 1% terhadap dolar, dan naik hampir 3% terhadap euro.

Dari bulan April, GPIF telah menyesuaikan portofolionya, menetapkan target umum untuk menjaga 25% masing-masing dalam keempat kelas aset, dengan alokasi setiap aset diizinkan untuk menyimpang dengan rentang yang berbeda.

Dapen ini memungkinkan ekuitas domestik menyimpang dari alokasi 25% sebesar 8 poin persentase, dibandingkan dengan 7 untuk saham di luar negeri. Utang dalam negeri dapat menyimpang 7 poin persentase, dibandingkan 6 untuk obligasi luar negeri. Miyazono mengatakan pada hari Jumat bahwa studi kasus menunjukkan portofolio baru kurang berisiko daripada yang lama.




TERBARU
Kontan Academy
Accounting Mischief Practical Business Acumen

[X]
×