Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Defisit perdagangan AS menyempit tajam pada bulan Agustus karena ekspor meningkat ke rekor tertinggi. Data ini menunjukkan perdagangan tidak berdampak besar pada pertumbuhan ekonomi pada kuartal ketiga.
Kesenjangan perdagangan yang lebih kecil dari perkiraan yang dilaporkan oleh Departemen Perdagangan pada Selasa menambah data tentang pasar tenaga kerja dan belanja konsumen yang menunjukkan bahwa ekonomi tetap kokoh pada kuartal terakhir.
Kekuatan ekonomi tidak berdampak pada ekspektasi bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga lagi bulan depan. Namun, hal itu memperkuat pandangan bank sentral AS tidak perlu mengejar penurunan suku bunga setengah persen lagi.
Baca Juga: Militer Israel Kerahkan Divisi Keempat dalam Serangan Darat di Lebanon
"Laporan ini menunjukkan perdagangan bersih mendukung pertumbuhan PDB pada bulan Agustus," kata Carl Weinberg, kepala ekonom High Frequency Economics. Dia menambahkan, jika angka-angka Juli dan Agustus digabungkan, perdagangan bersih tetap stagnan sejauh ini di kuartal ketiga, tidak ada penambahan atau pengurangan signifikan terhadap pertumbuhan PDB sejauh ini.
Kesenjangan perdagangan menyusut 10,8% menjadi US$ 70,4 miliar, yang terkecil dalam lima bulan, dari US$ 78,9 miliar yang direvisi pada Juli, menurut data Biro Analisis Ekonomi Departemen Perdagangan.
Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan defisit perdagangan akan menyempit menjadi US$ 70,6 miliar dari US$ 78,8 miliar yang dilaporkan sebelumnya pada Juli.
Ekspor meningkat 2% ke rekor US$ 271,8 miliar. Ekspor barang melonjak 2,5% menjadi US$ 179,4 miliar, level tertinggi sejak September 2022. Ekspor didorong kenaikan barang modal sebesar US$ 1,7 miliar ke rekor tertinggi, sebagian besar mencerminkan peralatan telekomunikasi, pesawat sipil, aksesori komputer, serta mesin industri lainnya.
Namun, ekspor semikonduktor turun.
Ekspor barang konsumsi meningkat US$ 1 miliar, terangkat persediaan farmasi. Ekspor perlengkapan dan material industri meningkat karena penurunan minyak mentah sebesar US$ 1,1 miliar lebih dari diimbangi oleh kenaikan emas nonmoneter sebesar US$ 1,5 miliar.
Kendaraan otomotif, suku cadang, dan mesin meningkat, didorong ekspor mobil penumpang. Ekspor nonminyak bumi mencapai rekor tertinggi sebagaimana halnya barang-barang lainnya.
Ekspor jasa juga naik US$ 0,9 miliar ke level tertinggi sepanjang masa sebesar US$ 92,3 miliar di tengah kenaikan perjalanan serta barang dan jasa pemerintah. Namun ekspor jasa transportasi turun.
Impor turun 0,9% menjadi US$ 342,2 miliar. Impor barang turun 1,4% menjadi US$ 274,3 miliar, ditarik penurunan perlengkapan dan material industri sebesar US$ 3,9 miliar serta penurunan emas nonmoneter sebesar US$ 1,2 miliar.
Baca Juga: IHSG Menguat 0,71%, Cek Proyeksi dan Rekomendasi Saham untuk Rabu (9/10)
Impor minyak mentah turun US$ 1 miliar. Impor kendaraan bermotor, suku cadang, dan mesin turun US$ 1,3 miliar, terbebani mobil penumpang.
Namun, impor barang lain mencapai yang tertinggi sejak Desember 2021. Impor barang melonjak pada bulan-bulan sebelumnya karena bisnis bergegas mengirim untuk mengantisipasi tarif yang lebih tinggi serta pemogokan pekerja dermaga minggu lalu, yang hanya berlangsung selama tiga hari.
Impor jasa meningkat US$ 0,7 miliar ke level tertinggi sepanjang masa sebesar US$ 67,9 miliar di tengah kenaikan biaya perjalanan dan penggunaan kekayaan intelektual. Namun, impor jasa transportasi menurun.
Ketika disesuaikan dengan inflasi, defisit perdagangan barang turun 8,9% menjadi US$ 88,6 miliar. Rata-rata defisit perdagangan barang riil untuk bulan Juli dan Agustus kira-kira sama dengan rata-rata untuk kuartal kedua.
Perdagangan telah mengurangi produk domestik bruto selama dua kuartal berturut-turut. Estimasi pertumbuhan untuk kuartal ketiga saat ini setinggi 3,2% tingkat tahunan. Sementara pada April-Juni, perekonomian AS tumbuh 3%.