kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.310.000   -177.000   -7,12%
  • USD/IDR 16.605   -5,00   -0,03%
  • IDX 8.153   -85,53   -1,04%
  • KOMPAS100 1.129   -15,68   -1,37%
  • LQ45 806   -13,59   -1,66%
  • ISSI 288   -1,98   -0,68%
  • IDX30 422   -6,44   -1,50%
  • IDXHIDIV20 481   -5,50   -1,13%
  • IDX80 125   -1,86   -1,47%
  • IDXV30 134   -0,30   -0,22%
  • IDXQ30 134   -1,81   -1,33%

Deforestasi Terkait Kopi di Brasil Capai 737.000 Hektare dalam Dua Dekade


Rabu, 22 Oktober 2025 / 15:25 WIB
Deforestasi Terkait Kopi di Brasil Capai 737.000 Hektare dalam Dua Dekade
ILUSTRASI. Pemandangan dari udara menunjukkan sebidang hutan hujan Amazon yang gundul di Manaus, Negara Bagian Amazonas, Brasil 8 Juli 2022. REUTERS/Bruno Kelly


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - SAO PAULO. Laporan terbaru mengungkapkan bahwa deforestasi di Brasil yang terkait dengan produksi kopi mencapai 737.000 hektare antara tahun 2002 hingga 2023.

Temuan ini memicu kekhawatiran bahwa hilangnya hutan dapat berdampak buruk terhadap keberlanjutan industri kopi negara tersebut.

Menurut laporan lembaga Coffee Watch, sekitar 312.803 hektare hutan hilang akibat pembukaan lahan secara langsung untuk perkebunan kopi.

Baca Juga: Heineken Prediksi Penjualan Bir Tahun Ini Turun Akibat Pelemahan Ekonomi

Sementara sisanya merupakan kehilangan tutupan hutan tambahan di sekitar lahan perkebunan yang sudah ada.

Brasil merupakan produsen dan eksportir kopi terbesar di dunia, dengan produksi mencapai puluhan juta karung berkapasitas 60 kilogram setiap tahun.

Namun, Coffee Watch memperingatkan masa depan industri ini terancam akibat deforestasi yang memengaruhi curah hujan, faktor penting bagi pertumbuhan kopi.

“Brasil perlu segera mengubah arah karena deforestasi ini bukan hanya bencana karbon dan keanekaragaman hayati, tapi juga mengancam curah hujan dan menyebabkan gagal panen,” kata Etelle Higonnet, Direktur Coffee Watch, dalam pernyataannya, Rabu (22/10/2025).

Baca Juga: LVMH Bakal Menjajaki Penjualan 50% Saham Fenty Beauty, Merek Milik Rihana

Di negara bagian Minas Gerais, yang menjadi sentra utama produksi kopi Brasil, delapan dari sepuluh tahun terakhir tercatat mengalami defisit curah hujan.

Data dari misi satelit NASA Soil Moisture Active Passive (SMAP) menunjukkan kelembapan tanah di wilayah penghasil utama menurun hingga 25% dalam enam tahun terakhir.

Kondisi ini memaksa petani beralih ke sistem irigasi yang mahal demi menjaga produksi tetap stabil di tengah permintaan global.

Laporan tersebut memadukan data dari berbagai sumber termasuk MapBiomas, Hansen Global Forest Change, dan NASA, untuk menyusun kesimpulannya.

Coffee Watch merekomendasikan agar petani Brasil mengadopsi praktik agroforestri berkelanjutan, yang saat ini baru diterapkan di kurang dari 1% wilayah utama produksi kopi.

Namun, Cecafe, asosiasi eksportir kopi Brasil, menilai laporan itu kurang komprehensif.

Baca Juga: Pemilik Parfum de Marly Jual Saham dengan Valuasi Rp 33,2 Triliun

Menurut Cecafe, analisis Coffee Watch menggunakan data deforestasi tingkat munisipal, tanpa memperhitungkan dinamika pelestarian vegetasi asli di dalam lahan perkebunan kopi.

Cecafe mengacu pada riset Universitas Federal Minas Gerais (UFMG) tahun 2023 yang menyebutkan bahwa 99% dari 115.000 lahan kopi yang terdaftar dalam sistem lingkungan pedesaan Brasil tidak mengalami deforestasi signifikan sejak 2008.

Selanjutnya: Sempat Melemah, Gubernur BI Beberkan Jurus Kembalikan Rupiah Jadi Menguat

Menarik Dibaca: Hindari Produk Palsu, Ini Panduan Berbelanja Susu di Platform Online dari Lazada




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×