Reporter: Yuwono Triatmodjo | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Devisa China balik ke level US$ 3 triliun
BEIJING. Cadangan devisa China per Februari 2017 mencatatkan pertumbuhan untuk pertama kalinya dalam delapan bulan terakhir. Saat ini, cadangan devisa Negara Tembok Besar sudah kembali di atas US$ 3 triliun.
Seperti diberitakan CNBC, Selasa (7/3), cadangan devisa China pada Februari 2017 meningkat US$ 6,92 miliar. Alhasil, kini total devisa negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia itu ada di posisi US$ 3,01 triliun.
Padahal, pada bulan Januari lalu, cadangan devisa China turun US$ 12,3 miliar, ke level US$ 2,99 triliun. Kondisi yang terjadi di bulan Februari lalu, di luar dugaan banyak ekonom. Sebab, jajak pendapat yang dilakukan Reuters terhadap para ekonom menghasilkan prediksi penurunan devisa negara sebesar US$ 25 miliar menjadi US$ 2,97 triliun.
Saat ini, China telah menetapkan aturan ketat soal perpindahan modal ke luar negeri dalam rangka menjaga tekanan nilai tukar yuan terhadap dollar AS. Aksi tersebut juga bertujuan untuk menjaga ketahanan devisa negara.
Akibat menopang yuan dari aksi pelarian modal ke luar negeri, China terpaksa harus mengeluarkan dana hingga US$ 320 miliar sepanjang tahun 2016. Meski usaha telah dilakukan pemerintah Beijing, nilai tukar yuan tetap saja turun sebanyak 6,6% terhadap dollar AS. Dus, ini menjadi penurunan nilai tukar yuan terbesar sejak tahun 1994.
Seperti diberitakan South Morning China Post, Rabu (8/3), hingga saat ini terhitung sejak tahun 2014, China sudah menggelontorkan duit senilai total US$ 1 triliun untuk menopang mata uangnya.
Namun pada tahun ini, yuan lebih cenderung stabil dan dalam tren menguat. Sepanjang Februari 2017, yuan menguat sebesar 0,2%. Sedangkan bila dihitung sejak awal tahun, penguatan yuan terhadap mata uang greenback mencapai 0,8%.
Sementara data Bank Sentral China alias People's Bank of China (POBC) menunjukkan, data simpanan emas China per Februari meningkat menjadi senilai US$ 74,38 miliar dari Januari 2017 yang sebesar US$ 71,29 miliar.
Efek bunga The Fed
Meski kondisi yuan cenderung stabil dan menguat, namun potensi kenaikan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) kembali memicu kekhawatiran tekanan baru bagi yuan. Hal ini akan meningkat seiring prediksi kenaikan Fed rate pada pekan depan.
Jika yuan melemah, ekonom memprediksi akan menyulut ketegangan China dengan AS. Maklum, Presiden AS, Donald Trump gerah dengan kebijakan kurs China.
Sementara pengetatan arus dana modal keluar, juga telah membuat investor resah. Joerg Wuttke, Ketua Kamar Dagang Uni Eropa di China menyatakan, induknya di Eropa bertanya, tentang apa kira-kira yang akan diperbuat China jika cadangan devisanya hanya sebesar US$ 2 triliun dan pertumbuhan ekonomi hanya 3%. "Apakah lantas uang tunai kami akan terjebak di China?" tutur Joerg Wuttke, Ketua Kamar Dagang Uni Eropa di China.
"Cadangan devisa yang sempat di bawah US$ 3 triliun, membuat China harus memikirkan kembali strateginya," ujar Zhou Hao, ekonom di Commerbank di Singapura.