Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - HONG KONG. Dari rudal yang diangkut secara diam-diam sejauh lebih dari 1.000 km (620 mil) ke lokasi peluncuran, hingga penggunaan pangkalan dan satelit jarak jauh untuk melacaknya dari Pulau Hainan ke Pasifik Selatan, peluncuran ICBM Tiongkok pada bulan September menandai uji coba kebutuhan operasional.
Melansir Reuters, enam analis keamanan dan empat diplomat yang mengevaluasi peluncuran pada tanggal 25 September mengatakan, meskipun uji coba langka tersebut membawa pesan politik di tengah peningkatan senjata nuklir Tiongkok, uji coba tersebut juga memenuhi kebutuhan yang telah lama tertunda bagi Pasukan Roket Tentara Pembebasan Rakyat untuk memastikan pencegah nuklirnya berfungsi seperti yang digaung-gaungkan.
Diplomasi strategis juga merupakan bagian dari latihan tersebut. Yakni dengan Beijing memberi tahu Amerika Serikat, Prancis, dan Selandia Baru sebelum peluncuran.
Akan tetapi, beberapa analis memperingatkan bahwa lebih banyak hal akan diperlukan jika Tiongkok mengincar rezim pengujian rudal yang lebih intensif untuk mengejar para pesaingnya.
Australia, yang diberi tahu beberapa jam sebelum peluncuran, merupakan salah satu negara Pasifik yang menyuarakan kekhawatiran terhadap Tiongkok dan menyerukan diakhirinya uji coba rudal balistik di kawasan tersebut.
"Hal ini memungkinkan Tiongkok untuk melakukan uji coba dengan profil serangan penuh," kata Hans Kristensen, direktur Proyek Informasi Nuklir Federasi Ilmuwan Amerika.
Baca Juga: Pengaruh Jerman di Uni Eropa Mulai Memudar, Ini Tanda-tandanya
Dia menambahkan, "Dalam hal operasional, ini merupakan langkah penting yang tak terelakkan... uji coba tersebut merupakan validasi operasional dari keseluruhan sistem."
Menurut Pentagon, dalam beberapa tahun terakhir, Pasukan Roket Tiongkok telah melakukan uji coba secara ekstensif, menerbangkan sekitar 135 rudal balistik pada tahun 2021, sebagian besar ke gurun terpencil Tiongkok.
Namun, sejak tahun 1980, Tiongkok tidak pernah lagi menembakkan rudal jarak jauhnya pada lintasan serangan yang lebih realistis, mirip dengan uji coba yang dilakukan secara rutin oleh Amerika Serikat, Rusia, dan India.
Meskipun militer Barat yakin bahwa Tiongkok telah meningkatkan kualitas dan kuantitas hulu ledak, rudal, dan silonya dalam beberapa tahun terakhir, hanya uji coba jarak penuh yang dapat mengukur akurasi dan keandalan rudal balistik dan hulu ledaknya, mengingat tekanan dan jarak yang terlibat.
Baca Juga: China Sebut Tindakan Antidumping Terhadap Brendi Uni Eropa Sah
Para diplomat dan analis menilai, uji coba semacam itu di atas lautan akan dipantau oleh jaringan satelit dan situs serta kapal pelacak ruang angkasa Tiongkok yang terus berkembang, termasuk di pulau-pulaunya di Laut China Selatan yang disengketakan dan di Namibia serta Argentina.
Dua kapal pendukung ruang angkasa tercanggih Tiongkok, Yuan-wang 3 dan Yuan-wang 5, berada di Pasifik pada saat itu, menurut data pelacakan kapal yang dilihat oleh Reuters.
Yuan-wang 3 berlayar di barat laut Nauru sementara Yuan-wang 5 berada di timur atol Tokelau.
Kementerian pertahanan Tiongkok belum menyebutkan di mana rudal itu mendarat, dengan mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa hulu ledak tiruan itu "jatuh di wilayah laut yang diperkirakan".
Kementerian tidak menanggapi permintaan komentar.