kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Di saat krisis ekonomi, miliarder ini malah memborong properti (3)


Sabtu, 17 Agustus 2019 / 09:45 WIB
Di saat krisis ekonomi, miliarder ini malah memborong properti (3)


Reporter: Ferrika Sari | Editor: Tri Adi

Setelah sukses menyandang raja mainan, Francis Choi Chee-ming mencari bisnis lain. Choi melihat ada peluang di investasi properti di saat sedang ada krisis. Ia pun mulai membeli properti di saat krisis ekonomi tahun 1997. Begitu juga saat ada kejadian serangan teroris pada 11 September 2001, Choi kembali membeli properti. Ia tahu pada saat krisis, harga properti memang lebih murah. Ia yakin, investasi propertinya kian berkembang.

Pebisnis ulung menjadi julukan bagi miliarder Prancis Choi Chee-ming. Setelah sukses di bisnis mainan, Choi berhasil mengambil peluang saat banyak investor properti Hong Kong menghadapi kehancuran pasar pada akhir tahun 1997 dan kekayaan mereka lenyap seketika.

Bagi Choi kisah sedih para perusahaan properti itu malah menjadi peluang bagi pria berusia 74 tahun ini. Saat pengusaha lain sedang sibuk membongkar investasi mereka untuk memenuhi komitmen pinjaman, Choi justru telah membuat kesepakatan pertamanya membeli menara komersial Tsuen Wan Hover Plaza dari temannya Lo Yuk-sui yang merupakan ketua Century City International dan Paliburg Holdings sebesar US$ 200 juta.

Dia telah mengamati pasar properti dengan cermat dua tahun sebelum pasar itu runtuh, menunggu saat yang tepat untuk berinvestasi. Investasi ini adalah bagian dari rencana bisnis keseluruhan Choi.

Setiap ekonomi memiliki siklusnya. Terkadang empat tahun dan terkadang enam tahun. Siklus terakhir dari 1987 hingga 1997 terlalu lama. Saya merasa ada sesuatu yang salah, kata Choi, dilansir dari South China Morning Post.

Choi mengaku tidak punya pengalaman ketika melakukan investasi pertama di Tsuen Wan Hover Plaza. Tetapi sejak masa-masa awal itu, dia memiliki banyak waktu dan kesempatan mengasah keterampilan berinvestasi di properti.

Sejak kesepakatan pertama itu, Mr Choi telah secara aktif memperluas portofolio propertinya, mengakumulasi bangunan komersial, apartemen mewah dan hotel. Sejak tahun 2004, ia memiliki sekitar 30 properti di Hong Kong yang diperkirakan bernilai US$ 5,6 miliar. Pembelian terakhirnya adalah enam rumah di Kau To Shan seharga US$ 105 juta.

Setelah serangan 11 September 2001, pasar properti turun paling rendah dalam dekade terakhir. Tapi ayah tiga anak ini menjadikannya itu sebagai peluang. Ia membeli 33 rumah dari pengembang properti, Sino Land Company Limited dengan harga kesepakatan 10% lebih rendah dibandingkan penilaian bank.

Saya belum mengalami kerugian dalam investasi properti saya. Itu adalah aturan pasti-menang untuk diikuti. Anda harus menghitung biaya aset dengan sangat hati-hati dan Anda harus bersabar, tambahnya.

Terbaru, pada Juli 2019 lalu, miliarder Hong Kong ini mengakuisisi kepemilikan penuh Northoint Towe di Sidney Utara setelah membeli 50% setengah bangunan seharga US$ 300 juta. Awalnya Choi telah mengakuisisi setengah saham dari perusahaan raksasa real estat Afrika Selatan, Redefine Properties pada tahun 2018.

Choi menghasilkan miliaran dolar dalam pembuatan mainan dengan mendirikan Early Light Industrial yang berkantor pusat di Hong Kong pada tahun 1972. Portofolio bisnisnya beragam mulai dari properti, perhiasan, layanan otomotif dan pendidikan.

Perusahaan ini sekarang telah berkembang pesat dan berganti nama menjadi Early Light International Holdings. Dengan lebih dari 70.000 orang yang bekerja di pabrik Xinnan, Sheung Shui dan Shenzen. Semakin besar bisnisnya menjadikan dia perlu berhati-hati melakukan investasi yang berisiko demi kepentingan para pekerja.

Choi tercatat sebagai miliarder dengan total kekayaan sebesar US$ 6,7 miliar. Menurut Forbes, Pria kelahiran tahun 1945 ini menduduki peringkat ke-233 di dunia dan ranking ke-10 di Hong Kong.

Choi juga sukses memperbesar kerajaan bisnisnya bukannya hanya di Hong Kong, tetapi juga sampai ke China, Makau, hingga Australia.

(Bersambung)




TERBARU

[X]
×