Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - TAIPEI. Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengucapkan selamat Tahun Baru Imlek kepada China pada Selasa (9/2). Tapi, dia tidak akan menyerah pada tekanan Beijing dan mengulangi seruan agar melanjutkan dialog.
China, yang mengklaim Taiwan sebagai wilayahnya sendiri, telah meningkatkan aktivitas militernya di sekitar pulau itu dalam beberapa bulan terakhir, menanggapi apa yang Beijing sebut sebagai "kolusi" antara Taipei dan Washington.
Berbicara setelah pertemuan dengan pejabat keamanan senior, Tsai mengatakan, Taiwan melakukan kontak dekat dengan "negara-negara terkait" tentang situasi di Selat Taiwan, yang memisahkan pulau itu dengan China.
Hanya, menurut dia, pesawat militer dan kapal perang China yang beroperasi di sekitar Taiwan tidak kondusif untuk perdamaian dan stabilitas di kawasan Indo-Pasifik.
Baca Juga: China bakal marah, 2 kapal induk AS gelar latihan di Laut China Selatan
"Saya ingin menegaskan kembali bahwa posisi konsisten Taiwan dalam hubungan lintas selat bukanlah untuk menyerah pada tekanan atau bergerak terburu-buru ketika kami mendapat dukungan," tegas Tsai, seperti dikutip Reuters.
Kuncinya ada di tangan China
Taiwan menginginkan "pembicaraan yang bermakna" dengan China atas dasar kesetaraan dan saling menghormati, selama Beijing ingin meredakan ketegangan, dia menambahkan.
"Perdamaian lintas selat bukanlah masalah sepihak bagi Taiwan. Kuncinya ada di tangan China. Pengalaman sejarah telah membuktikan, serangan verbal dan ancaman militer terhadap Taiwan tidak akan membantu hubungan lintas selat," ujarnya.
Baca Juga: Mengkhawatirkan! AS-China menuju perang besar terkait Taiwan
Taiwan dan China minggu ini sama-sama menandai Tahun Baru Imlek, yang secara tradisional merupakan hari libur paling penting tahun ini bagi keduanya, sekaligus jadi penanda kedatangan musim semi.
"Kami juga ingin mengucapkan selamat Tahun Baru kepada rakyat di sisi lain selat dan berharap untuk bersama-sama mempromosikan perdamaian dan stabilitas di kedua sisi selat," ungkap Tsai.
Tidak ada tanggapan segera dari China, yang telah menolak seruan sebelumnya dari Tsai untuk berdialog. Beijing menyebut Tsai sebagai separatis yang bertekad untuk kemerdekaan Taiwan.
Pada Januari, China mengatakan, Taiwan terlibat dalam "trik murahan" setelah Tsai kembali menyerukan pembicaraan. Tsai berulang kali menyatakan, Taiwan sudah menjadi negara merdeka dengan nama resmi Republik China.