Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Tokyo pada Selasa (27 Juli) melaporkan 2.848 kasus baru COVID-19, yang tertinggi di kota penyelenggara Olimpiade 2020 sejak pandemi bergulir di ibu kota Jepang itu.
Media setempat melaporkan, pihak berwenang telah meminta rumahsakit untuk menyiapkan lebih banyak tempat tidur untuk pasien COVID-19 karena varian Delta mendorong lonjakan kasus.
Peningkatan kasus mengancam untuk lebih mengikis dukungan untuk Perdana Menteri Yoshihide Suga, yang peringkatnya telah turun ke level terendah sejak ia menjabat September lalu, sebagian besar karena penanganan pandemi.
Lonjakan kasus juga menimbulkan masalah bagi Olimpiade, karena banyak orang Jepang khawatir kehadiran atlet dan ofisial bisa menambah peningkatan infeksi.
Baca Juga: Tetap izinkan Olimpiade di tengah pandemi, PM Jepang mulai kehilangan dukungan
Sekitar 31 persen responden dalam survei yang harian Nikkei lakukan pada Senin mendesak Olimpiade Tokyo 2020 harus dibatalkan atau ditunda lagi.
"Jangan keluar kalau tidak perlu dan saya ingin Anda menonton Olimpiade dan Paralimpiade di TV," kata Suga kepada warga setelah pertemuan para menteri membahas pandemi, Selasa.
"Seperti yang kami harapkan, penurunan mobilitas orang, tidak ada opsi seperti itu," tegas Suga, ketika ditanya apakah ada opsi untuk membatalkan Olimpiade, seperti dikutip Reuters.
Olimpiade salah satu kekuatan pendorong utama kasus
Pada Minggu (25 Juli), hanya 20,8% dari 12.635 pasien COVID-19 di ibu kota Jepang yang bisa memperoleh perawatan di rumahsakit, data menunjukkan.
Baca Juga: Kasus melonjak, Tokyo menyiapkan lebih banyak tempat tidur untuk pasien COVID-19
Untuk mengantisipasi lonjakan kasus dan mempertimbangkan situasi rumahsakit yang sulit, Tokyo telah menyatakan keadaan darurat keempat bulan ini hingga setelah Olimpiade.
"Ini akibat varian Delta", kata Kenji Shibuya, mantan Direktur Institute for Population Health di King's College London, menjelaskan lonjakan baru-baru ini di Tokyo.
Shibuya menyebutkan, tidak mungkin untuk mengukur sejauh mana Olimpiade berkontribusi terhadap peningkatan kasus tersebut, tetapi menyalahkan pesta olahraga terakbar di Bumi itu sebagai "salah satu kekuatan pendorong utama".
"Pemerintah telah mengirimkan sinyal bahwa orang-orang seharusnya tinggal di rumah, pada saat yang sama mereka menggelar Olimpiade. Ini adalah pesan yang sama sekali tidak konsisten," kata Shibuya.