kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   -8.000   -0,52%
  • USD/IDR 15.791   -57,00   -0,36%
  • IDX 7.505   -68,76   -0,91%
  • KOMPAS100 1.157   -12,64   -1,08%
  • LQ45 913   -8,80   -0,96%
  • ISSI 228   -2,59   -1,12%
  • IDX30 469   -4,51   -0,95%
  • IDXHIDIV20 564   -3,86   -0,68%
  • IDX80 132   -1,34   -1,01%
  • IDXV30 139   -1,60   -1,13%
  • IDXQ30 156   -1,23   -0,78%

Di tengah perang dagang dengan AS, China ingin perbanyak impor kedelai dari Rusia


Jumat, 19 Juli 2019 / 09:45 WIB
Di tengah perang dagang dengan AS, China ingin perbanyak impor kedelai dari Rusia


Sumber: South China Morning Post | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - BEIJING. DI tengah perang dagang dengan Amerika Serikat, China menjalin hubungan yang lebih erat dengan Rusia. Termasuk soal perdagangan kedelai yang selama ini banyak dikeluhkan oleh Presiden AS Donald Trump.

Dilansir dari South China Morning Post, Menteri Perdagangan China Zhong Shan menjalin kesepakatan dengan Rusia untuk memperkuat perdagangan kedelai dan produk pertanian lainnya  selama pertemuan yang digelar pada minggu ini. Zhong sendiri bertemu dengan Menteri Rusia untuk Pengembangan Ekonomi Maxim Oreshkin untuk membahas langkah kedua negara untuk mendorong perdagangan bilateral.

Baca Juga: Terkendala regulasi, fintech milik Ping An mau keluar dari bisnis P2P lending China

Pertemuan tersebut terjadi setelah Presiden Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin sepakat untuk meningkatkan perdagangan bilateral dari US$ 107 miliar pada 2018 menjadi US$ 200 miliar per tahun dalam Forum Ekonomi Internasional di St Petersburg pada bulan Juni lalu.

Pada sebuah forum investasi di Moskow tahun lalu, Putin mengatakan bahwa Rusia akan meningkatkan produksi dan ekspor kedelainya ke China dalam upaya untuk mengisi celah di pasar yang ditinggalkan oleh AS.

China sebenarnya menghentikan impor kedelai dari Amerika Serikat yang merupakan pemasok terbesarnya, setelah memberlakukan tarif sebesar 25% pada impor kedelai sebagai pembalasan terhadap tarif yang dipasang Amerika untuk barang-barang buatan China.

Baca Juga: Bank sentral Korea Selatan pangkas suku bunga sekaligus proyeksi pertumbuhan ekonomi

Meski demikian, data bea cukai Rusia mencatat ekspor kedelai dari Rusia ke Cina sebenarnya menurun antara September 2018 sehingga Mei 2019. Selama periode yang sama pada 2017 hingga 2018, Rusia menjual 690.000 ton kedelai ke China.

Penurunan ekspor kedelai dari Rusia ini mungkin disebabkan wabah demam babi Afrika di seluruh China, yang telah mengurangi permintaan kedelai. Karena sebagian besar impor kedelai memang digunakan dalam pakan ternak. 

Namun, kedekatan China dengan Rusia soal kedelai ini dinilai tak akan abadi. Karena begitu kuatnya peranan kedelai AS terhadap China.

He Yuxin, analis di Sublime China Information menyebut dalam jangka panjang, hampir mustahil bagi kedelai Rusia untuk menggantikan kedelai Amerika. 

Baca Juga: Gara-gara demonstrasi, peritel Hong Kong memprediksi omzet bakal jatuh dua digit

“Kedelai Rusia menikmati keistimewaan pada saat ini karena China telah mengenakan tarif pada kedelai AS. Namun, begitu tarif dihapus di masa depan, China akan kembali memilih kedelai Amerika. Karena tidak akan ada perbedaan harga signifikan. Bahkan saat ini, produksi kedelai Rusia masih lebih rendah dari China,” jelasnya.


Survei KG Media


TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×