kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.894.000   23.000   1,23%
  • USD/IDR 16.435   -10,00   -0,06%
  • IDX 7.141   34,56   0,49%
  • KOMPAS100 1.040   6,83   0,66%
  • LQ45 812   5,50   0,68%
  • ISSI 225   1,86   0,83%
  • IDX30 424   3,56   0,85%
  • IDXHIDIV20 510   8,47   1,69%
  • IDX80 117   0,83   0,71%
  • IDXV30 122   2,00   1,67%
  • IDXQ30 139   1,66   1,21%

Di Tengah Perang Dagang, Output Industri China Tumbuh Melambat


Senin, 19 Mei 2025 / 13:47 WIB
Di Tengah Perang Dagang, Output Industri China Tumbuh Melambat
ILUSTRASI. FILE PHOTO: A worker installs rubber onto the windows of the doors along a production line at a truck factory of Anhui Jianghuai Automobile Co. Ltd (JAC Motors) in Hefei, Anhui province May 5, 2014. REUTERS/Stringer/File Photo


Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Tingkat produksi pabrik alias output pabrik di China melambat pada April 2025. Data Biro Statistik Nasional (NBS) yang dirilis Senin (19/5) menunjukkan output industri tumbuh 6,1% dibandingkan tahun sebelumnya. Namun output industri turun dari bulan Maret sebesar 7,7%. Output ini masih melampaui perkiraan jajak pendapat Reuters yang memperkirakan di 5,5%.

"Ketahanan di bulan April sebagian merupakan hasil dukungan fiskal yang diberikan lebih awal," kata Tianchen Xu, ekonom senior Economist Intelligence Unit. Ini menunjukkan peningkatan belanja pemerintah.

Data ini mengikuti ekspor yang lebih kuat dari perkiraan awal bulan ini  menurut para ekonom disebabkan para eksportir yang mengalihkan jalur pengiriman dan beberapa negara mulai meningkatkan pembelian barang dari China di tengah perombakan perdagangan global akibat tarif.

Baca Juga: Tiongkok Berlakukan Bea Aantidumping untuk Plastik dari AS, UE, Jepang, Taiwan

Namun, menurut Xu, data Senin juga menunjukkan dampak negatif dari tarif balasan AS. "Meski nilai tambah industri tumbuh cepat, nilai pengiriman ekspor nyaris stagnan," ujar dia.

Pekan lalu, Beijing dan Washington mencapai kesepakatan mengejutkan untuk menghapus sebagian besar tarif yang saling dikenakan sejak awal April. Gencatan selama 90 hari ini menghentikan sementara perang dagang yang telah mengganggu rantai pasokan global dan memicu kekhawatiran akan resesi.

"Perdagangan luar negeri China berhasil mengatasi kesulitan dan mempertahankan pertumbuhan yang stabil, menunjukkan ketahanan kuat dan daya saing internasional," kata juru bicara Biro Statistik, Fu Linghui, dalam konferensi pers Senin (19/5). Ia menambahkan meredanya tensi perdagangan akan menguntungkan pertumbuhan perdagangan bilateral dan pemulihan ekonomi global.

Namun para ekonom memperingatkan, gencatan senjata jangka pendek dan pendekatan Presiden Trump yang sulit diprediksi akan terus membayangi ekonomi China yang sangat bergantung pada ekspor. China masih menghadapi tarif sebesar 30% di atas bea masuk yang sudah ada.

Sektor properti belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan, dengan harga rumah stagnan dan investasi di sektor ini menyusut.

Penjualan ritel menjadi indikator konsumsi domestik naik 5,1% di April, turun dari kenaikan di bulan sebelumnya 5,9% dan meleset dari perkiraan 5,5%. Para ekonom menyebut perlambatan ini sebagai dampak dari tarif AS terhadap ekspektasi konsumen.

Baca Juga: Tiongkok Berlakukan Bea Aantidumping untuk Plastik dari AS, UE, Jepang, Taiwan

Sementara itu, upaya pemerintah untuk mendorong konsumsi rumah tangga melalui skema tukar tambah barang konsumsi menyebabkan lonjakan penjualan alat rumah tangga sebesar 38,8%.

Data NBS juga menunjukkan tingkat pengangguran turun menjadi 5,1% dari 5,2% di Maret. Namun, laporan dari lapangan menunjukkan beberapa pabrik sangat bergantung pada pasar AS telah mulai merumahkan pekerjanya.

Dengan tekanan deflasi yang terus berlanjut dan data pinjaman bank yang lebih buruk dari perkiraan, para ekonom menyoroti perlunya dukungan kebijakan lebih lanjut guna mendorong pemulihan yang berkelanjutan.

“Kami memperingatkan bahwa kekuatan pertumbuhan dalam jangka pendek akan dibayar dengan pelemahan di kemudian hari, dan kami percaya pelonggaran kebijakan lebih lanjut diperlukan untuk menstabilkan pertumbuhan, lapangan kerja, dan sentimen pasar,” ujar para ekonom dari Goldman Sachs dalam sebuah riset.

Ekonomi China tumbuh 5,4% pada kuartal pertama, melampaui ekspektasi. Pihak berwenang tetap yakin dapat mencapai target pertumbuhan sekitar 5% untuk tahun ini, meskipun para ekonom memperingatkan bahwa tarif AS dapat menghambat momentum tersebut. Bulan lalu, Beijing dan Washington saling menaikkan tarif hingga lebih dari 100% dalam beberapa putaran balasan.

Baca Juga: Terdorong Sentimen Kesepakatan AS-China, IHSG Menguat Dalam Sepekan

Khawatir dengan dampak tarif terhadap aktivitas ekonomi, pemerintah China awal bulan ini mengumumkan paket stimulus, termasuk pemotongan suku bunga dan injeksi likuiditas besar-besaran.

Langkah pelonggaran moneter ini diumumkan sebelum kesepakatan dagang antara China dan AS tercapai dalam pembicaraan tingkat tinggi di Jenewa, yang menandai penurunan eskalasi signifikan dari ketegangan selama berbulan-bulan.

"Kesepakatan dagang China-AS yang tercapai pada awal pekan lalu akan memberikan sedikit kelegaan," kata Julian Evans-Pritchard, kepala Ekonom China di Capital Economics. Namun jika penghapusan tarif ini bersifat permanen, tekanan yang lebih luas berarti kami masih memperkirakan ekonomi China akan terus melambat dalam beberapa kuartal mendatang.

"Kami menduga bahwa perang dagang telah membuat rumah tangga semakin khawatir tentang prospek pekerjaan mereka, dan karena itu menjadi lebih berhati-hati dalam belanja," ujar Pritchard.

Selanjutnya: Selain Kurang Pupuk, Ini 4 Penyebab Bunga Mawar Tidak Berbunga

Menarik Dibaca: Selain Kurang Pupuk, Ini 4 Penyebab Bunga Mawar Tidak Berbunga



TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Thrive

[X]
×