Reporter: Ferrika Sari | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Harga minyak terus mendidih. Penyebabnya permintaan pasokan energi di Amerika Serikat (AS) meningkat. Di sisi lain, permintaan minyak dari China ikut naik seiring pelonggaran Covid-19.
Dilansir dari Reuters, Kamis (9/6), harga minyak mentah berjangka Brent untuk kontrak periode Agustus 2022 turun 15 sen, atau 0,1% menjadi US$ 123,43 per barel. Sementara minyak mentah jenis West Texas Intermediate untuk kontrak pengiriman Juli 2022 turun 20 sen atau 0,2% menjadi US$ 121,91.
Ekspor China pada Mei 2022 melonjak 16,9% karena pelonggaran Covid-19 yang memungkinkan beberapa pabrik untuk beroperasi kembali. Ini merupakan pertumbuhan tercepat sejak Januari 2022 dan tumbuh lebih dari dua kali lipat dari ekspektasi analis.
Sementara angka perdagangan China yang optimis, gagal mengangkat harga minyak untuk waktu yang lama.
Baca Juga: Harga Minyak Mentah Global Kembali Melonjak, Ini Penyebabnya
Analis pasar untuk kawasan Asia Pasifik OANDA, Jeffrey Halley menilai, penutupan distrik Shanghai akan kembali melemahkan ekonomi China.
"Hal ini bisa menghidupkan kembali ketakutan akan kelemahan China lainnya karena kebijakan nol-covidnya. Itu membatasi keuntungan apa pun di Asia hari ini," kata Halley.
Beberapa wilayah di Shanghai mulai memberlakukan pembatasan penguncian baru pada Kamis (9/6), dimana penduduk distrik Minhang diperintahkan untuk tinggal di rumah selama dua hari dalam upaya untuk mengendalikan risiko penularan Covid-19.
Managing Partner di SPI Asset Management Stephen Innes menyebut, kinerja ekspor sangat mengesankan walau ada penguncian di beberapa kota di China pada bulan ini.
"Tetap saja, lingkaran umpan balik negatif yang tampak adalah ada sedikit insentif bagi pihak berwenang untuk segera menjauh dari 'nol COVID'," kata Innes.
Sementara itu, puncak permintaan bensin di AS pada musin panas terus meningkat. Administrasi Informasi Energi (EIA) mencatatkan mencatat rekor penurunan cadangan minyak mentah bahkan ketika stok komersial naik minggu lalu.
EIA melaporkan permintaan untuk semua produk minyak di Amerika Serikat naik menjadi 19,5 juta barel per hari (bph). Sementara permintaan pasokan bensin naik menjadi 8,98 juta bph.
Baca Juga: Harga Minyak Bertahan di Dekat Level Tertinggi 13 Minggu, WTI ke US$ 122 di Pagi Ini
Stok bensin AS secara tak terduga turun yang menunjukkan ketahanan permintaan bahan bakar selama puncak musim panas meskipun harga pompa sangat tinggi.
"Sulit untuk melihat penurunan yang signifikan dalam beberapa bulan mendatang, dengan pasar bensin kemungkinan hanya akan semakin ketat saat kita bergerak lebih dalam ke musim mengemudi," kata kepala penelitian komoditas ING Warren Patterson.
Meski demikian, dampak perang Ukraina - Rusia terhadap pasar energi telah mengaburkan prospek pertumbuhan global. Bank dunia melaporkan, bahwa perang Ukrain telah menyebabkan lonjakan harga di berbagai komoditas yang berhubungan dengan enegeri.
Akibatnya, harga energi yang lebih tinggi akan menurunkan pendapatan riil, menaikkan biaya produksi, memperketat kondisi keuangan, dan menghambat kebijakan makroekonomi terutama di negara-negara pengimpor energi.
Pertumbuhan di negara-negara maju diproyeksikan melambat tajam dari 5,1% pada 2021 menjadi 2,6% pada 2022. Nilai itu hanya naik 1,2 poin di bawah proyeksi Januari lalu. Pertumbuhan diperkirakan akan lebih moderat menjadi 2,2% pada tahun 2023, sebagian besar mencerminkan pelonggaran lebih lanjut dari dukungan kebijakan fiskal dan moneter yang diberikan selama pandemi.