Sumber: The Street | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Robert Kiyosaki, penulis buku keuangan pribadi legendaris Rich Dad Poor Dad, mengeluarkan pernyataan mengejutkan melalui akun X (dulu Twitter), mengomentari laporan bahwa produsen mobil besar Jepang yakni Toyota, Honda, dan Nissan akan menghentikan penjualan kendaraan mereka di Amerika Serikat.
“OMG: Toyota, Honda, dan Nissan memutuskan untuk berhenti menjual mobil di AS,” tulis Kiyosaki.
“Ini akan berarti pengangguran massal dan kehancuran banyak kota yang bergantung pada mobil Jepang,” tambahnya.
OMG: Toyota, Honda, and Nissan have decided to stop selling cars in US.
This will mean massive unemployment and crash of many towns dependent upon Japanese cars.
As pilots say, strap in tight and prepare for crash.
US automakers like Ford, GM, and Stellantis may boom…. If… — Robert Kiyosaki (@theRealKiyosaki) May 8, 2025
Dampak Penghentian Ekspor Mobil Jepang ke Amerika Serikat
Jika laporan ini terbukti akurat, maka dampaknya terhadap ekonomi Amerika Serikat bisa sangat besar. Banyak kota kecil dan menengah di AS yang bergantung pada industri otomotif Jepang — baik sebagai pusat distribusi, servis, maupun manufaktur suku cadang. Penghentian pasokan akan menimbulkan efek domino:
-
Pemutusan hubungan kerja di dealer mobil Jepang
-
Penurunan pendapatan pajak daerah
-
Kontraksi dalam sektor pendukung otomotif, seperti asuransi, keuangan kendaraan, dan bengkel independen
-
Kekacauan rantai pasok otomotif nasional
Baca Juga: Robert Kiyosaki: Jangan Panik, tapi Bersiaplah untuk Kejatuhan Pasar Saham Terbesar!
Potensi Kebangkitan Otomotif Lokal: Ford, GM, dan Stellantis
Kiyosaki menyebut bahwa pabrikan otomotif domestik seperti Ford, General Motors (GM), dan Stellantis bisa memperoleh keuntungan dari kekosongan pasar ini. Namun, dia memperingatkan bahwa mereka harus bergerak cepat:
“Pabrikan AS seperti Ford, GM, dan Stellantis mungkin akan booming… jika mereka bisa mempercepat produksi cukup cepat.”
Namun, transisi ini tidaklah sederhana. Kapasitas produksi, rantai pasok chip semikonduktor, dan kesiapan tenaga kerja terampil menjadi faktor krusial dalam mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh mobil Jepang.
Dari Perang Mata Uang ke Perang Dagang hingga Perang Militer
Lebih dari sekadar isu perdagangan, Kiyosaki mengaitkan perkembangan ini dengan gejolak geopolitik yang lebih luas. Ia mengingatkan bahwa sejarah menunjukkan adanya hubungan langsung antara perang mata uang, perang dagang, dan konflik bersenjata.
“Seperti yang saya peringatkan: perang mata uang, berujung pada perang dagang, lalu perang tembak. Berdoalah kita sadar sebelum perang pecah.”
Pengalaman Militer Pribadi: “Perang adalah Kegilaan Manusia Terburuk”
Kiyosaki menambahkan kredibilitas pribadi terhadap pandangannya dengan mengutip latar belakang militernya:
“Saya dua kali ke perang Vietnam... pertama sebagai taruna akademi militer, dan kedua sebagai pilot Korps Marinir AS. Perang adalah kegilaan manusia yang paling buruk.”
Pernyataan ini menambah bobot emosional terhadap prediksi suramnya, mencerminkan pandangan bahwa kehancuran sistemik dapat berkembang menjadi konflik global yang sangat merusak.
Baca Juga: Robert Kiyosaki: Orang Miskin Tak Lagi Mampu Makan McDonald's, Tanda Bahaya Ekonomi!
Aset Alternatif Sebagai Benteng Terakhir: Emas, Perak, dan Bitcoin
Dalam menghadapi ketidakpastian global, Kiyosaki kembali menegaskan posisi klasiknya: lindungi kekayaan Anda dengan aset keras (hard assets) seperti emas, perak, dan Bitcoin.
“Emas, perak, dan Bitcoin tetap menjadi pertahanan Anda dalam perang global yang disebabkan oleh keserakahan, kegilaan, dan ketakutan.”
Ia telah lama menjadi salah satu tokoh paling vokal dalam mempromosikan diversifikasi portofolio keluar dari sistem fiat, yang menurutnya rapuh akibat kebijakan buruk, inflasi tak terkendali, dan utang pemerintah yang terus membesar.