Reporter: Handoyo | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam beberapa dekade terakhir, makanan cepat saji identik dengan harga murah, porsi besar, dan ketersediaan yang melimpah.
Namun kini, burger dan kentang goreng tidak lagi sekadar santapan cepat, namun menjadi simbol dari inflasi yang merayap dan sistem ekonomi yang semakin memberatkan, bahkan bagi kalangan yang dulu dianggap aman secara finansial.
Menurut Robert Kiyosaki, penulis Rich Dad, Poor Dad, lonjakan harga makanan cepat saji adalah cerminan dari keretakan yang lebih besar dalam fondasi ekonomi Amerika.
Ketika Pemilik Waralaba McDonald’s dan Burger King Bangkrut
Mengutip aol, dalam unggahan pada 26 April di platform X, Kiyosaki menyampaikan pernyataan mengejutkan: bahkan para pemilik waralaba McDonald’s dan Burger King kini mulai tumbang secara finansial. Bukan hanya satu atau dua gerai — banyak dari mereka memiliki jaringan usaha skala besar.
"Mengapa beberapa orang KAYA SEKALI menjadi semakin MISKIN?" tulis Kiyosaki dengan huruf kapital. "Masalahnya adalah waralaba-waralaba mulai bangkrut."
Ia menyoroti bahwa segmen masyarakat yang dulunya menjadi pelanggan utama makanan cepat saji kini tidak mampu lagi membelinya.
Baca Juga: Robert Kiyosaki Peringatkan Gelombang PHK Massal! Saatnya Beralih jadi Wirausaha
Inflasi: Musuh Senyap yang Menghantam Segala Kalangan
Bagi Kiyosaki, krisis ini bukan semata soal burger atau kentang. Ia melihat ini sebagai indikator sistemik: sebuah gejala dari inflasi yang telah menekan daya beli secara luas.
"Hari ini, orang miskin tidak mampu makan di McDonald's atau Burger King," ujarnya. "Ini mungkin baik karena mereka makan makanan yang lebih sehat seperti apel dan kale, tapi inflasi membuat bahkan orang kaya menjadi lebih miskin."
Kondisi ini bahkan mengakibatkan pemasok kentang untuk McDonald’s bangkrut, sebagaimana pernah Kiyosaki utarakan sebelumnya. Sekarang, giliran pemilik waralaba — orang-orang yang biasanya berada di strata atas — merasakan tekanan yang sama.
Makanan Cepat Saji: Dari Makanan Rakyat Menjadi Barang Mewah
Sebuah survei dari LendingTree pada tahun lalu menemukan bahwa 78% warga Amerika kini menganggap makanan cepat saji sebagai barang mewah, bukan pilihan hemat. Selain itu, 62% responden menyatakan mereka mengurangi konsumsi makanan cepat saji secara signifikan.
Burger menjadi lebih kecil, harga paket combo naik drastis, dan pelayanan melambat. Fenomena ini tidak hanya menggeser kebiasaan konsumen, tapi juga mengancam keberlangsungan model bisnis waralaba itu sendiri.
Baca Juga: Robert Kiyosaki: Jangan Panik, tapi Bersiaplah untuk Kejatuhan Pasar Saham Terbesar!
Kiyosaki: Gunakan Krisis Ini untuk Menjadi Lebih Bijak dan Mandiri
Seperti biasa, Kiyosaki tidak hanya menyampaikan kritik, tapi juga mendorong masyarakat untuk menggunakan momen ini sebagai kesempatan belajar. Ia menyerukan:
-
Tinggalkan utang konsumtif
-
Pertanyakan sistem pendidikan formal
-
Pelajari keuangan dari dunia nyata
"Gunakan krisis finansial ini untuk menjadi lebih sehat, lebih kaya... dengan menjadi lebih bijak," katanya.
"Pengetahuan adalah uang yang baru," tambahnya
Kiyosaki menutup dengan ajakan klasiknya: investasikan dalam emas, perak, dan Bitcoin.