kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.914.000   -1.000   -0,05%
  • USD/IDR 16.375   30,00   0,18%
  • IDX 7.615   71,26   0,94%
  • KOMPAS100 1.060   12,24   1,17%
  • LQ45 803   8,71   1,10%
  • ISSI 254   2,19   0,87%
  • IDX30 416   4,77   1,16%
  • IDXHIDIV20 477   5,07   1,07%
  • IDX80 120   1,30   1,09%
  • IDXV30 123   1,76   1,45%
  • IDXQ30 132   1,14   0,87%

Kombinasi Obat Kanker Celcuity Ungguli AstraZeneca dalam Studi Stadium Lanjut


Senin, 28 Juli 2025 / 19:10 WIB
Kombinasi Obat Kanker Celcuity Ungguli AstraZeneca dalam Studi Stadium Lanjut
ILUSTRASI. Warga menunjukkan rambutnya usai dipotong yang akan didonasikan kepada pasien kanker di MRCCC Siloam Hospitals Semanggi, Jakarta, Rabu (12/2/2020). Acara tersebut digelar dalam rangka memperingati Hari Kanker Sedunia 2020. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/wsj.


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - Perusahaan bioteknologi asal Amerika Serikat (AS) Celcuity mengumumkan bahwa kombinasi terapi kanker eksperimentalnya mampu menunda progresi jenis kanker payudara stadium lanjut tertentu, mengungguli pengobatan milik AstraZeneca dalam uji klinis tahap akhir.

Kabar ini mendorong saham Celcuity melonjak lebih dari dua kali lipat dalam perdagangan pre-market.

Baca Juga: Jadi Penyebab Kematian Tertinggi Kanker Ginekologi, Ini Cara Mencegah Kanker Ovarium

Kombinasi tiga obat tersebut terdiri dari gedatolisib milik Celcuity, Ibrance milik Pfizer, dan Faslodex (terapi endokrin dari AstraZeneca).

Dalam uji klinis terhadap pasien dengan kanker payudara HR+/HER2- yang telah mendapatkan pengobatan sebelumnya, kombinasi ini mampu menurunkan risiko progresi penyakit atau kematian hingga 76% dibandingkan penggunaan Faslodex saja.

Jenis kanker HR+/HER2- menyumbang sekitar 70% dari seluruh kasus kanker payudara.

Hasil studi menunjukkan, pasien yang menerima kombinasi tiga obat tersebut dapat hidup tanpa progresi penyakit selama rata-rata 9,3 bulan, jauh lebih lama dibandingkan sekitar dua bulan pada kelompok yang hanya menerima Faslodex.

Baca Juga: Anak Penyintas Kanker Tak Hanya Perlu Pengobatan, juga Pemenuhan Hak untuk Belajar

Gedatolisib termasuk dalam kelas obat penghambat jalur PAM (PI3K/mTOR), yang juga mencakup obat-obatan seperti Afinitor dari Novartis dan Truqap milik AstraZeneca.

Celcuity menyebutkan bahwa efek samping pada uji tahap akhir ini lebih ringan dibandingkan studi sebelumnya.

Tingkat hiperglikemia dan inflamasi pada jaringan mulut yang dilaporkan lebih rendah, meskipun rincian lebih lanjut belum disampaikan.

Studi ini juga meneliti kombinasi dua obat, yakni gedatolisib dan Ibrance, yang menunjukkan penurunan risiko progresi atau kematian sebesar 67% dibandingkan Faslodex.

Rata-rata kelangsungan hidup tanpa progresi penyakit mencapai 7,4 bulan.

Celcuity berencana merilis hasil lengkap dari studi ini, serta data dari uji terpisah terhadap pasien dengan mutasi gen tertentu, pada akhir tahun ini.

Baca Juga: Sentra Medika Hospital Resmikan Pusat Layanan Kanker di Cibinong

Perusahaan juga menargetkan pengajuan izin pemasaran ke regulator AS pada kuartal keempat 2025.

Saham Celcuity yang berbasis di Minnesota melonjak hampir 114% ke level US$29,40 dalam perdagangan sebelum pasar dibuka.

Selanjutnya: Penjualan dan Laba DRMA Kompak Naik pada Semester I-2025

Menarik Dibaca: Telkom Hadirkan Layanan Digital untuk Efisiensi Koperasi Desa




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×