Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Indeks harga produsen (PPI) Amerika Serikat naik lebih tinggi dari perkiraan pada Juli 2025, didorong lonjakan biaya jasa dan barang.
Kenaikan ini mengindikasikan potensi percepatan inflasi dalam beberapa bulan ke depan.
Biro Statistik Tenaga Kerja (BLS) AS melaporkan, PPI untuk permintaan akhir melonjak 0,9% pada Juli, setelah stagnan di Juni. Angka ini jauh di atas perkiraan ekonom yang disurvei Reuters sebesar 0,2%.
Baca Juga: AS Usulkan Pendanaan Hampir US$ 1 Miliar untuk Eksplorasi Mineral Kritis
Harga jasa naik 1,1%, kenaikan terbesar sejak Maret 2022, dipicu lonjakan biaya grosir mesin dan peralatan, manajemen portofolio, hotel dan motel, serta transportasi barang via jalan raya.
Sementara harga barang meningkat 0,7%, tertinggi sejak Januari, terutama karena kenaikan harga sayuran, daging, dan telur.
Seiring rilis laporan Juli, BLS menghentikan perhitungan dan publikasi sekitar 350 indeks, termasuk data dari PPI Final Demand-Intermediate Demand, indeks khusus, serta klasifikasi industri dan komoditas.
BLS menghadapi masalah pendanaan kronis di bawah pemerintahan Partai Republik maupun Demokrat, yang semakin parah akibat kebijakan Presiden Donald Trump untuk memangkas belanja besar-besaran dan merumahkan pegawai negeri.
Baca Juga: Amerika Kehilangan Peluang Penjualan Kedelai ke China, Brasil Ambil Alih
Keterbatasan sumber daya ini berdampak pada kualitas laporan ketenagakerjaan, serta memaksa penghentian pengumpulan data untuk sebagian komponen indeks harga konsumen (CPI) di beberapa wilayah.
Kekhawatiran terhadap kualitas data semakin meningkat dengan pencalonan ekonom Heritage Foundation, E.J. Antoni, seorang kritikus BLS sebagai pimpinan lembaga tersebut.
Secara tahunan, PPI Juli naik 3,3% setelah meningkat 2,4% di Juni. Dampak langsung dari tarif impor besar-besaran yang diberlakukan Trump masih terbatas, namun data PPI mendukung perkiraan ekonom bahwa bea masuk akan mendorong inflasi barang dalam beberapa bulan mendatang.
Pemerintah AS sebelumnya melaporkan inflasi konsumen (CPI) Juli hanya naik tipis, namun biaya jasa seperti perawatan gigi dan tiket pesawat mendorong kenaikan inflasi inti terbesar dalam enam bulan terakhir.
Baca Juga: Defisit Anggaran AS Makin Bengkak, Padahal Ada Tarif Tinggi Trump
Meskipun pasar keuangan sudah memperkirakan pemangkasan suku bunga The Fed bulan depan, sebagian ekonom meragukan kelanjutan pelonggaran kebijakan jika pasar tenaga kerja tidak melemah, mengingat tekanan inflasi jasa dan potensi kenaikan harga barang akibat tarif.
The Fed bulan lalu mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 4,25%–4,50% untuk kelima kalinya sejak Desember.
Sebelum rilis PPI, ekonom memperkirakan indeks harga belanja konsumsi pribadi (PCE) inti indikator inflasi yang diawasi ketat Fed naik 0,3% pada Juli, sama seperti bulan sebelumnya, yang akan mendorong kenaikan tahunan menjadi 2,9% dari 2,8% di Juni.